SoloposFM- Malala Yousafzai, yang telah mendorong para perempuan untuk bersekolah, akhirnya ditetapkan sebagai utusan perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) seperti dikutip dari antaranews.com, Sabtu (8/4/2017). Malala telah mendapatkan penghargaan nobel perdamaian sejak tahun 2014, yakni ketika ia berusia 17 tahun. Upayanya yang berani untuk memajukan pendidikan bagi anak-anak perempuan telah menyemangati begitu banyak orang di seluruh dunia.
Seperti yang dirangkum dari berbagai sumber, Malala lahir pada tanggal 12 Juli 1997 di kota Mingora, distrik Swat, Pakistan bagian utara. Malala temasuk anak yang pandai. Awalnya ia bercita-cita menjadi dokter. Tapi belakangan ia ingin menjadi politikus. Ayahnya sering mengajaknya ngobrol atau berdiskusi tentang politik sampai jauh malam. Bisa dikata, pendidik utama Malala adalah ayahnya sendiri, yang tidak pernah membedakan putrinya ini dari anak-anak laki-laki,
Suatu ketika, ayah Malala dihubungi oleh Abdul Hai Kakar, koresponden untuk BBC berbahasa Urdu. Ia mencari guru atau murid perempuan yang bisa menulis catatan harian tentang pengalaman hidup di bawah ‘tekanan’ Taliban.
Awalnya seorang gadis bersedia, sebelum akhirnya batal karena orang tuanya tidak setuju karena khawatir keselamatan jiwanya terancam. Malala, yang mendengar hal itu, menawarkan diri.
“Aku ingin orang-orang tahu apa yang terjadi. Pendidikan adalah hak kami. Agama Islam menyatakan setiap anak perempuan maupun lelaki seharusnya bersekolah. Tercantum di dalam Al-Quran bahwa kita harus mencari ilmu pengetahuan, rajin belajar, dan menemukan misteri dunia ini,” ungkap Malala yang mengaku sebelumnya tidak pernah punya buku harian. Tulisan pertama Malala pada waktu itu berjudul ‘Aku Takut’
[Nabila Ikrima]