SoloposFM- Keterbatasan memang acapkali menjadi batu sandungan bagi beberapa penyandang disabilitas untuk menyelesaikan pendidikan. Rasa minder dan perlakuan diskriminasi orang-orang sekelilingnya inilah yang seringkali membuat orang-orang penyandang cacat atau disabilitas sangat sulit untuk mengembangkan dirinya. Namun bagi Shinthia Fatmahunnisa, keterbatasan yang dimilikinya tidaklah menjadi halangan baginya untuk menyelesaikan sekolah di bangku SMA.
Cerita singkat Sinthia mulai mengalami gangguan pendengaran sejak didalam rahim, Menurut penuturan sang Ibu, Khosriyati ketika kandungan memasuki bulan ke 6, ia mengalami batuk yang tak kunjung sembuh lalu Dokter memberikanya antibiotik dan obat batuk untuk meredakan batuknya, obat tersebut ia minum rutin sampai ia melahirkan. dan ternyata antibiotik yang diminumnya ini bisa mengakibatkan ketulian janin, itulah awal Sinthia harus menjalani kehidupan dunianya.
Chyntia bersama Ibu
Melawan Keterbatasan Sejak Kecil
Sebagai penyandang disabilitas, kesulitan mulai dialami Chyntia, saat menjejaki dunia pendidikan. Banyak lika liku yang dihadapi gadis kelahiran 25 April 1995 tersebut, Namun hebatnya meski memiliki keterbatasan dan hanya dibesarkan oleh Ibunya seorang, Chyntia tidak diperlakukan secara berbeda oleh keluarga dan orang disekitarnya. Karna perpisahan kedua orang tua Sinthia, sejak kecil Sinthia hanya tinggal bersama Ibunya di rumah susun di kawasan Jakarta Barat
Pada awal menempuh sekolah dasar, Chyntia seringkali menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda-beda karena dia kerap berpindah kota. Alhasil pendidikan TK SD SMP diselesaikan di kota berbeda seperti Jakarta, Cilacap,Yogyakarta dan Purbalingga. Untuk pilihan sekolah atas, Chyntia melanjutkan di SMALB N Purbalingga lalu memberanikan diri pindah dan besekolah di sekolah umum sama seperti anak normal lainnya yaitu SMA N 40 Jakarta karena harus mengikuti ibunya yang bekerja sebagai Guru di salah satu sekolah di Jakarta.
Bagi seorang penyandang disabilitas, mengikuti pelajaran di sekolah umum pastilah tidak mudah. Maka dari itu Chyntia menyiasatinya dengan belajar lebih giat . Meski mengalami gangguan pendengaran, Ibunya terus-menerus melatih dirinya berbicara walau masih dengan terbata bata ketika sedang bicara dengan orang lain, Chyntia juga dengan dibantu alat bantu dengar untuk mempermudah dirinya dalam berkomunikasi seperti orang-orang normal.
Keterbatasan memang bukan menjadi batasan untuk menyelesaikan sekolah dan menggapai cita cita sudah banyak para penyandang disabilitas yang sukses karna kerja keras dan tidak kalah pada keadaan untuk bisa menyetarakan diri dengan orang normal lainya bahkan melebihi mereka, Chyntia adalah satu anak yang sedang mencoba membangun masa depanya. Mari kita rangkul anak anak penyandang disabilitas karna mereka juga mempunyai hak yang sama seperti anak lainya.
(Annisa Wendy Pratidina)