SoloposFM, Situasi pandemi Covid-19 membuat semua orang harus melakukan social distancing atau jaga jarak, termasuk anak-anak. Sekolah-sekolah memindahkan proses belajar mengajar di rumah masing-masing sampai batas waktu yang belum ditentukan. Setelah lebih dari 1 tahun, banyak orangtua mengeluhkan anaknya yang mulai bosan bermain dan belajar di rumah.
Biasanya anak-anak di sekolah bisa berinteraksi sosial dan fisik dengan teman-temannya, dalam kondisi ini, mereka malah harus duduk memandangi layar besar selama berjam-jam. Sangat wajar jika kebosanan akhirnya muncul.
Baca juga : AMSI akan Luncurkan Crisis Center COVID-19
Sir Ken Robinson menuliskan dalam bukunya berjudul You, Your Child, and School bahwa rasa bosan terjadi saat lingkungan sangat monoton. Tidak hanya itu, rasa bosan juga terjadi ketika tidak ada sesuatu hal yang bisa dilakukan untuk mengalihkan.
Kunci Pada Orangtua
Hening Widyastuti, Psikolog Sosial dan pemerhati anak, pada program Dinamika, Selasa (27/7/2021), anak harus diberi aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya. Untuk itu, olahraga harus tetap dilakukan meskipun dalam ruang terbatas di rumah.
“Memandang gadget atau laptop selama sekolah daring membuat fisik anak lelah juga. Untuk itu alihkan ke kegiatan fisik yang menyenangkan. Memelihara hewan peliharaan juga bisa menjadi salah satu upaya untuk menyalurkan emosi anak. Orangtua harus memperhatikan perubahan emosi anak, kecemasan bahkan jika sudah mulai menyerang kesehatan, seperti gangguan asam lambung. Ini bisa terjadi pada anak yang mengalami kecemasan,” papar Hening.
Ia mengakui jika orangtua juga mengalami kelelahan fisik dan emosi selama pandemi. Namun Hening meyakini semua orang akan mampu beradaptasi dengan keadaan, cepat atau lambat.
Baca juga : PPKM Diperpanjang, Pendengar SoloposFM : Berat Dan Aturan Ribet Tapi Demi Kesehatan Bersama
Akhir pekan menurut Hening, menjadi saat yang tepat bagi orangtua dan anak untuk mengungkapkan perasaan. Keduanya bisa saling bertukar cerita dalam suasana santai, bosan di teras rumah atau sambil memasak bersama.
“Harus pintar-pintar membuat suasana abaru yang santai. Walaupun waktunya singkat, tapi yang penting adalah kualitas kebersamaannya. Anak-anak itu bisa diajak bicara masakah orangtua. Beri mereka pemahaman tentang kondisi keuangan secara sederhana. Namun orangtua harus bahagia dulu. Ketika orangtua lelah harus me time dulu. Bisa lewat musik, memasak, pokoknya bahagiakan diri sendiri dulu. Jika orangtua sudah bahagia, baru mereka bisa mem-backup emosi anak-anak dengan baik,” pungkas Hening.
Opini Pendengar Solopos FM
Hasil polling SoloposFM, pada program Dinamika, Selasa (27/7/2021), mayoritas peserta poling mengakui anak-anak mengalami kebosanan kala pandemi. Sebesar 67% mengaku terjadi kebosanan pana anak-anak. Sedangkan 33% sisanya mengaku tidak mengalami kebosanan.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Alhamdulillah karena sudah lebih dari 1 tahun, jadi anak-anak lebih mudah dikondisikan. Yang penting buat komitmen bersama dengan anak-anak apa yang boleh dan tidak. Dan sesekali kita luangkan waktu untuk bercanda, bermain, olahraga bersama. Justru yang membuat saya sedih itu PJJ daring. Kok sekolah masih belum ada perbaikan yang membuat anak-anak enjoy dengan PJJ, terutama untuk SD,” ungkap Nur Syamsiah.
“Alhamdulillah sudah tidak bosan sekarag karena sudah paham alasannya,” tulis Atik di Matesih.
“Jelas bosan dan anak-anak merindukan kebebasan seperti dulu. Tapi yang paling mereka rindukan adalah teman-teman sekolah dan suasana sekolah. Hal ini tidak bisa digantikan sekolah daring,” papar Dewi.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]