Radio Solopos — Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyiapkan strategi konkret untuk memastikan UMKM tetap punya daya saing di tengah kebijakan efisiensi anggaran pemerintah tahun anggaran 2025.
Politikus Partai Golkar itu bakal mengevaluasi ketat program Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan hingga pembentukan holding UMKM guna meningkatkan daya saing produk lokal.
Selama ini, menurutnya, penyaluran KUR cenderung berjalan stagnan tanpa evaluasi yang mendalam sehingga kualitasnya mengalami penurunan.
“KUR ini program yang luar biasa, tapi sering kali berjalan begitu saja tanpa evaluasi yang ketat. Akibatnya banyak UMKM yang kesulitan mengakses dana karena kendala seperti agunan untuk pinjaman kecil atau kuota yang cepat habis,” kata Maman seperti dikutip Radio Solopos dari Antara, Rabu (13/2/2025).
Untuk itu, pihaknya merancang sistem monitoring yang lebih ketat.
Distribusi KUR akan dievaluasi setiap dua bulan di berbagai wilayah, serta mengajak Komisi VII DPR terlibat dalam pengawasan distribusi KUR.
“Langkah ini diambil agar pengawasan tidak hanya dilakukan di tingkat pusat tetapi juga hingga ke level manajer area, guna memastikan penyaluran KUR benar-benar berjalan sesuai kebutuhan UMKM,” ujarnya.
Menteri UMKM menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memperkuat ekosistem UMKM.
Salah satu langkah strategis yang akan dilakukan adalah bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan dalam penyediaan pelatihan bagi pengusaha UMKM.
Ia menjelaskan ketimbang membangun pusat pelatihan baru, kementeriannya akan memanfaatkan balai latihan kerja (BLK) yang sudah tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan pendekatan ini, pelatihan bagi UMKM dapat berjalan lebih efisien, tanpa harus membebani anggaran dengan pembangunan infrastruktur baru.
“Kami dengan Kementerian Ketenagakerjaan sepakat melakukan program kolaborasi bersama menggelar pelatihan UMKM dengan memanfaatkan balai latihan kerja,” kata dia.
Menteri Maman juga menilai keterlibatan perusahaan besar dan BUMN dalam mendukung UMKM masih bersifat Corporate Social Responsibility (CSR) dan belum menjadi bagian dari strategi bisnis jangka panjang.
“Kami mendorong konsep business to business, di mana UMKM tidak hanya menerima bantuan sesaat, tetapi menjadi bagian dari rantai pasok industri besar. Dengan demikian, konektivitas antara UMKM dan perusahaan besar bisa lebih terjaga dan berkelanjutan,” ujarnya.