Solopos FM -Dalam rangka hilirisasi hasil penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dosen, LP2MP3M ISI Surakarta mengadakan seminar dan pameran nasional bertajuk “Seni Teknologi dan Masyarakart #7”. Acara yang dibuka oleh oleh Rektor ISI Surakarta, I Nyoman Sukerna ini digelar pada Rabu (30/11/2022) di Teater Besar ISI Surakarta.
ISI Surakarta sekarang sedang aktif dalam menyangga seni tradisi dalam konteks Kekayaan Intelektual Komunal (ekspresi budaya tradisional dan pengetahuan tradisional). Oleh karena itu, tema besar seminar dan pameran kali ini adalah “Pengembangan Kekayaan Intelektual Komunal tersebutuntuk pemajuan kebudayaan sekaligus untuk berkontribusi terhadap perkembangan industri kreatif yang dilindungi kekayaan intelektual”.
Seminar menghadirkan tiga narasumber utama, yaitu Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan Kekayaan Intelektual DJKI Kemenkunham, Sri Lastami; ITS Design CentreInstitut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Agus Windharto dan Dosen Institut Seni Inonesia Surakarta, Bambang Sunarto.
Dalam paparannya, Sri Lastami menjelaskan tentang perlindungan dan pemanfaatan KIK untuk peningkatan ekonomi daerah. Menurut Lastami, Kekayaan Intelektual Komunal merupakan jati diri bangsa maka penting untuk dilindungi. “Pelindungan KIK menjadi sangat penting bukan hanya karena memiliki nilai komersial, tetapi untuk mencegah perbuatan pihak-pihak di luar Masyarakat Adat yang memproduksi barang dan jasa dengan merendahkan harkat dan martabat Masyarakat Adat. Sebagai contoh, sebuah motif tradisional yang bersifat sakral digunakan sebagai gambar untuk suvenir. Contoh lain adalah penggunaan imaji Masyarakat Adat yang sifatnya menyinggung,” jelasnya.
Sedangkan Agus Windharto lebih menyoroti pada hubungan seni budaya dengan teknologi digital. Menurutnya, potensi seni budaya yang ada di Indonesia sangat unik dan punya potensi besar untuk dikembangkan dan dipublikasikan menggunakan teknologi digital. Indonesia mempunyai 1128 etnik, 33 rumah adat, 76 bahasa daerah, lebih dari 3000 tarian etnik dan lebih dari ribuan jenis masakan atau makanan. “Sebagai pengembangan estetika seni pertunjukan dan seni rupa, teknologi digital bisa meningkatkan peluang berkarya yang lebih kuat khusunya seni pertunjukan,” jelas Agus.
Hampir sama, Bambang Sunarto juga memaparkan hubungan Seni, Teknologi dan Masyarakatdapat dikaji lebih dalam melalui disiplin ilmu artistik, baik artistik deskriptif maupun artistik terapan. “Seni, teknologi dan masyarakat adalah tiga entitas yang berbeda satu sama lain. Sebagai entitas yang berbeda, secara niscaya saling berinteraksi satu sama lain. Interakti-interaksi itu menghasilkan berbagai jenis dan manfaat teknologi”, jelasnya.
Selain seminar, kegiatan ini juga menggelar pameran hasil penelitian dan PKM dosen ISI Surakarta. Serta menmapilkan dua pertunjukan hasil penelitian dan PKM, yaitu Pentas “Tari Bothoklo“ karya Dwi Wahyudiarto dan Pentas Karya Penelitian Artistik “Ekspresi Getar”, karya Jonet Sri Kuncoro dan Bondan Aji Manggala yang berkolaborasi dengan anak-anak penyandang disabilitas rungu dari SLB Negeri Karanganyar.
Jonet dan Bondan merancang alat bantu bagi penyandang disabilitas rungu agar dapat merespon suara/musik. Melalui sinyal getaran, para disabilitas rungu dan netra dapat mengekspresikan penerimaan sinyal musik menjadi goresan kuas dan membentuk sebuah lukisan ekspresif.