Radio Solopos – Peristiwa keracunan massal di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah yang mengakibatkan terenggutnya satu nyawa ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Korban meninggal bernama Suparno, 71, diketahui memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Sebelum meninggal, Suparno mendapatkan perawatan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Bersama ratusan warga lainnya, Suparno ikut menyantap hidangan yang disajikan saat acara pentas wayang kulit di Dukuh Bendungan, Karangturi, Sabtu (12/4/2025) malam. Suparno meninggal dunia Senin (14/4/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
“Sudah dilakukan upaya pacu jantung. Tetapi Tuhan berkehendak lain,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Penanganan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Hanung Sasmito Wibowo, saat ditemui di Desa Karangturi, Selasa (15/4/2025), seperti dikutip Radio Solopos dari Espos.id.
Hanung menjelaskan berdasarkan informasi dari rumah sakit, pasien tersebut memiliki komplikasi pada bagian jantung.
“Memang karena komorbid. Jadi dengan adanya pemberat komplikasi itulah yang menyebabkan beliau meninggal dunia,” kata Hanung.
Pada Selasa, Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, mendatangi rumah duka di Dukuh Kwagean, Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Selasa.
Hamenang datang bersama sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menyampaikan bela sungkawa sekaligus memberikan tali asih serta paket sembako kepada keluarga Suparno.
Hamenang menjelaskan dari keterangan kerabat, Suparno rajin membantu di kegiatan hajatan warga termasuk saat acara wayang kulit.
Suparno mendapatkan dua kardus nasi dari acara hajatan wayang kulit di Karangturi yang digelar, Sabtu (12/4/2025) malam.
“Satu kardus dimakan saat wayangan dan satu dibawa pulang untuk istri. Karena istri masih tidur kemudian dimakan sendiri,” kata Hamenang.
Hamenang menjelaskan Suparno dibawa ke rumah sakit. Sempat mendapatkan perawatan, pria tersebut meninggal dunia di rumah sakit.
“Kami berpesan kepada ibu [istri almarhum Suparno] bahwa tidak ada yang mau tertimpa musibah. Tetapi percaya ini pasti jalan terbaik dari Gusti Allah. Sehingga minta tolong kemudian bisa diikhlaskan agar beliau juga tenang di sana. Kami juga mendoakan agar kemudian Pak Parno husnul khatimah,” kata Hamenang.
Keponakan almarhum, Yulianti, mengungkapkan Suparno sering ikut bantu-bantu ketika ada warga yang menggelar hajatan. Hal itu termasuk ketika ada kegiatan pentas wayang kulit di Dukuh Bendungan, Sabtu malam.
Yuliati menjelaskan kondisi Suparno sebelumnya sehat dan tidak memiliki riwayat sakit. Dia juga menjelaskan sebelumnya Suparno ikut memakan nasi kardus dari acara hajatan wayangan pada Sabtu malam.
“Di sana makan satu nasi boks. Kemudian satu dibawa pulang. Pukul 03.00 WIB [Minggu, 13/4/2025] sampai di rumah bangunin istrinya diminta makan bareng. Tetapi mungkin [istri] enggak mau kemudian dimakan sendiri,” kata Yuliati.
Yuliati mengungkapkan Suparno muntah-muntah hingga enggan makan pada Senin pagi. Dia kemudian dibawa ke RS Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk mendapatkan perawatan Senin sekitar pukul 14.00 WIB. Sempat mendapatkan perawatan di RS, Suparno meninggal dunia sekitar pukul 21.00 WIB.
Kronologi Kejadian
Kasus keracunan massal terjadi di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno. Warga mulai merasakan gejala berupa mual, muntah, demam serta diare pada Minggu dan Senin.
Sebelumnya, warga menghadiri acara pentas wayang kulit yang digelar salah satu warga sebagai bentuk syukuran, Sabtu malam.
Di acara pentas wayang kulit itu, warga menyantap hidangan yang disajikan berupa nasi kotak berisi nasi, lauk rendang, sambal goreng krecek serta kerupuk.
Menindaklanjuti kejadian itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama Polres Klaten serta kecamatan dan instansi lainnya mendatangi lokasi, Senin. Petugas kesehatan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE).
Sampel makanan yang dihidangkan diambil petugas untuk kemudian dilakukan uji laboratorium di Semarang.
Dinas enggan berspekulasi ihwal sumber bahan yang diduga menyebabkan warga keracunan. Dinas masih menunggu hasil uji lab.
Sementara itu, Pemkab mendirikan posko di desa setempat untuk mempercepat penanganan serta pendataan warga yang mengalami keracunan.
Hingga Selasa pukul 10.20 WIB, ada 124 warga yang mengalami gejala diare, muntah, serta demam.