SoloposFM, Klaster Corona pasca-libur Lebaran mulai bermunculan di berbagai daerah. Ada yang akibat halalbihalal saat Lebaran hingga karena mudik. Tercatat, ada puluhan hingga ratusan warga yang positif COVID-19 tiap lingkungan tersebut. Hal ini diketahui setelah adanya penelusuran kontak (contact tracing) dari segelintir warga yang lebih dulu positif corona.
Sementara itu, juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menjelaskan efek libur panjang Lebaran terhadap angka kasus Corona kemungkinan terlihat 2-3 pekan setelah Lebaran. Oleh sebab itu, semua daerah harus meningkatkan penanganan.
Baca juga : Lebaran di Rumah Saja, Ini Deretan 4 Game Paling Favorit Selama Liburan
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena menyebut potensi klaster Lebaran ini bukan lagi wacana. Dia mendorong agar testing dilakukan secara massif. Dia menyarankan testing dilakukan mulai dari level terendah. Khususnya untuk klaster dengan jumlah kasus yang cukup serius.
Selain itu, Melki juga mengusulkan agar pergerakan warga juga dibatasi. Pemerintah daerah juga harus melakukan koordinasi untuk pengecekan satu sama lain.
Baca juga : Ide Nge-date Hemat dan Seru Supaya Gaji Tetap Awet
Opini Pendengar Solopos FM
Hasil polling SoloposFM, pada program Dinamika, Kamis (27/05/2021), menunjukkan opini pendengar Solopos FM terbelah. Sebanyak 50% pendengar mengaku khawatir dengan klaster baru Covid-19 usai libur Lebaran. Sementara seporoh sisanya mengaku tidak khawatir.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Ya khawatirlah. Sebab masyarakat mulai abai dengan prokes. Saya masih melihat masyarakat krumpyang-krumpyung, ubyang-ubyung dan bergerombol dalam jumlah banyak, Saya melihatnya sangat khawatir bila Covid-19 menginfeksi mereka, apalagi mendengar berita Duta Besar Indonesia di India baru saja meninggal dunia karena covid-19,” ungkap Sri Almi di Sragen.
“Tidak konsistennya negara dan pemerintah menjadi tarik menarik antara kepentingan ekonomi dan kesehatan di tengah pandemic,” tulis Ahmad Sanusi.
“Perlu pengetaatan pengawasan di tingkat paling bawah satgas covid maupun rt/rw dan kesadaran/ tanggung jawab kita semua lapisan masyarakat tentang tata kehidupan dimasa pandemi/ perilaku. Masker harus ganti, sering mencuci tangan, jaga jarak dsb. Penting sekali dan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Jangan sekali-kali abai!,” papar Ahmad di Nayu.
“Saya sangat prihatin dan khawatir dengan semakin banyaknya yang terkontaminasi khusus nya daerah Sragen. Mohon siapa pun patuh dalam menjaga prokes. Kasihan keluarga kita yang tertular. Saya lihat sekarag mulai pudar prokesnya,” ungkap Eliza di Sragen.
“Tidak khawatir. Masalah hidup mati hanya tunggu waktu dan tempat manusia hanya bisa berdoa dan berusaha,” tulis Muh Syamsuddin.
“Saya tetap khawatir dengan semakin banyaknya yang terdampak covid-19 ini. Sampai hari inipun saya belum berani untuk pergi silaturahmi baik pulang ke Wonogiri maupun Salatiga. Apalagi para pemudik masih banyak yang memanfaatkan liburan baik kemarin dan besok tgl 1 Juni. Selain itu kurang tegasnya pemerintah dalam memutus rantai covid dilarang mudik tapi tempat wisata boleh buka, inilah yang menjadikan keramaian di tempat wisata. Setelah ada yang reaktif baru suruh tutup seperti yang terjadi di Klaten dan tempat wisata lainnya,” papar Priyanto Sasongko.
“Ya khawatir. Bisanya ya cuman taat protocol kesehatan dan berdoa untuk kesehatan umat manusia. Semoga pandemi cepat selesai. Amin,” tulis Bagyo di Wonogiri.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]