SoloposFM, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan warung angkringan atau HIK Solo sebagai salah satu warisan budaya bukan benda di Jawa Tengah. Selain angkringan, terdapat 50 budaya di Jawa Tengah lainnya yang memperoleh penetapan dengan status yang sama.
Data yang diperoleh Solopos.com, dari 51 budaya asal Jateng yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, 28 di antaranya merupakan warisan budaya termasuk kuliner masyarakat Kota Solo. Ke-28 budaya itu mulai dari timlo Solo, serabi Notosuman, Sate Kere, hingga warung HIK Solo.
Kabid Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng, Eris Yunianto, mengatakan penetapan 51 budaya asal Jateng sebagai Warisan Budaya Tak Benda itu dilakukan pada akhir Oktober 2021. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng sebenarnya mengajukan 52 calon WBTB, tapi hanya disetujui 51 budaya.
Baca juga: Penyetan Cok Bagikan 5 Tips Tingkatkan Level Makanan Kaki Lima jadi Restoran Kekinian
Eris mengatakan dengan predikat WBTB yang disandang, pemerintah dan pelaku kebudayaan wajib melakukan konservasi dan pemeliharaan. Tujuannya agar kebudayaan atau tradisi yang dilakukan terus lestari dan berkembang. Jika tidak, status tersebut bisa saja dianulir.
Menanggapi hal ini, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming berjanji untuk memberikan ruang bagi para pedagang hik agar bisa tetap lestari. Salah satunya adalah dengan membuatkan kawasan khusus yang bisa digunakan sebagai pusat kuliner warung hik di Kota Solo.
Asal Mula Penamaan HIK
Heri Priyatmoko, Sejarawan Muda Asal Solo dalam program Dinamika 103, Kamis (04/11/2021), mengungkapkan berdasarkan beberapa data dan literatur sejarah, Kota Solo mendapat julukan Kota Keplek Ilat ‘membanting lidah’. Identitas tersebut tidak tiba-tiba muncul, tetapi memang sudah ada sejak dahulu. Julukan tersebut muncul karena Solo memiliki beragam jenis makanan dan terkenal enak.
Sementara itu, warisan budaya tak benda adalah proses regenerasi atau transfer pengetahuan tentang kuliner, baik resep, cara penyajian, maupun kreativitasnya. Ternyata, di Solo regenerasi tersebut bisa terus berjalan, salah satunya HIK (Hidangan Istimewa Kampung) atau dikenal dengan nama angkringan di Jogja.
Menurut Koran Jawi Swara tahun 1913, kata angkring muncul dalam berita di mana ada pencuri yang dikejar-kejar masyarakat di Kauman, Solo dan bersembunyi di sela-sela angkring atau pikulan saat itu. Kejadian tersebut menjadi petunjuk bahwa angkringan sudah ada di Solo sejak dahulu.
Kemudian, angkringan berubah sebutan menjadi HIK di Sol. Hal ini merujuk pada Buku Putih yang diterbitkan oleh Pemkot Solo pada tahun 80-an.
Menurut Heri predikat warisan budaya tak benda harus dijawab dengan cara yang strategis. Cara tersebut seperti sosialisasi tentang pengetahuan sejarah dan HIK yang tidak terbatas kelas dan etnis, pemberiaan fasilitas. Misal pengadaan gerobak angkringan lama.
“Kita harus berusaha memeberi perhatian besar terhadap mereka, misalnya lebih sering jajan ke HIK. Dengan dilarisi tersebut, mereka bisa tetap bertahan. Ayo jajan di HIK,” pungkas Heri.
Opini Sobat Solopos
Sebagian besar Sobat Solopos dalam program Dinamika 103, Kamis (04/11/2021), merasa bangga dengan gelar warisan budaya tak benda yang disandang Kota Solo. 67% Sobat Solopos mengaku bangga dan 33% lainnya mengaku baru mengetahuinya. Hal tersebut berdasarkan polling Instagram @soloposfmsolo berikut.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Sambal Tumpang dan Bubur Lemu mantul dan pas buat sarapan. Wajib dicoba,” tulis Sulung.
“Kalau yang masuk daftar favorit saya sih serabi Notosuman, bisa buat oleh-oleh kalau ada teman atau saudara. Kalau benar akan dibuat kawasan khusus buat pedagang HIK, saya setuju. Hal ini agar lebih tertata, bersih, dan mungkin ke depannya bisa jadi tempat wisata juga,” pungkas Nur.
“Solo terkenal dengan kota yang tidak pernah tidur. Demikian pula dengan kulinernya 24 jam asal tahu lokasinya. Buat saya dan istri kuliner favorit Kota Solo ya selat & timlo. Saya juga sempat mampir HIK di kota barat dan pesan dua nasi bungkus dan teh panas saya kaget hanya bayar Rp2.500 saja,” tutup Priyanto.
[Diunggah oleh Dany Sekty Anggoro]