Radio Solopos — Jumlah coffee shop chain di Indonesia terus mengalami pertumbuhan sejak 2018, bahkan saat pandemi Covid-19.
Coffee shop chain ini biasanya tidak hanya menyajikan kopi, tetapi juga berbagai camilan dan makanan panggang, serta minuman lainnya.
Hal itu disampaikan Kepala Data & Statistik Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Solo, Arina Dinana, dalam talkshow bertajuk Kopi dan Geliat Ekonomi di hari terakhir Coffee and Bakery Festival, Selasa (22/7/2025), di Main Atrium The Park Mall Solo Baru.
Coffee and Bakery Festival merupakan event kolaborasi The Park Mall Solo Baru dengan Radio Solopos.
“Di Indonesia, mengunjungi coffee shop menjadi tren yang terus berkembang di kalangan konsumen kelas menengah hingga atas, terutama generasi muda. Ini salah satunya yang mendorong tumbuhnya coffee shop chain,” ujar Arina.
Arina menyebutkan salah satu contoh lokal adalah Kopi Kenangan, yang didirikan pada 2017 dan telah berkembang menjadi lebih dari 900 outlet di 60 kota hingga tahun 2023, bahkan telah melakukan ekspansi ke pasar Asia Tenggara lainnya.
Selain itu, Tomoro Coffee yang mulai beroperasi pada 2022, kini memiliki 600 gerai di Indonesia dan menargetkan pembukaan 3.000 gerai di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.
“Kedua coffee shop chain lokal ini juga dikenal inovatif dalam pengembangan menu. Mereka menawarkan lebih banyak varian minuman berbasis cokelat, buah, dan es blended, untuk menarik konsumen yang ingin mencoba sensasi rasa baru,” imbuhnya.
Bank Indonesia Solo, kata dia, juga memiliki klaster kopi binaan. Klaster Kopi Ndorog merupakan salah satu kopi khas dari Desa Semagar, Girimarto, Wonogiri yang dibina oleh KPwBI Solo. Melalui program pengembangan klaster, Kopi Ndorog mendapat fasilitasi mulai dari peningkatan kapasitas, kurasi produk, hingga perluasan akses pasar seperti partisipasi di World of Coffee 2025.
“Dari petani hingga roastery, Kopi Ndorog menjadi contoh nyata bagaimana kopi lokal bisa naik kelas dan berkontribusi pada ekonomi daerah,” terangnya.
Data yang dikeluarkan KPwBI Solo menunjukkan pertumbuhan ekonomi Soloraya terus menguat, terutama pada Triwulan I-2025. Industri pengolahan masih menjadi kontributor utama pertumbuhan didukung oleh sektor tersier seperti perdagangan, penyediaan akomodasi dan makanan minuman, serta perdagangan.
“Solo memberikan kontribusi spasial terbesar, menegaskan peran sebagai pusat penggerak ekonomi di Soloraya. Termasuk dari ekosistem kopi Soloraya yang terus bertumbuh, dari lereng hingga kedai,” ujar Arina.

Pembicara lain dalam talkshow itu, Kepala Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Solo, Rini Indriyani, mendukung penguatan UMKM kopi dan kuliner maupun UMKM lainnya dalam program UMKM Center.
“UMKM Center adalah program super prioritas Pemerintah Kota Solo untuk memberikan layanan pengembangan pelaku usaha dengan aktif memonitoring perkembangan UMKM secara berkala,” kata dia.
Semua itu terjabarkan dalam program eskalasi bisnis, konsultasi UMKM, bantu modal, dan bantu jual. Menurut Rini, semua itu muaranya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing UMKM.
Fenomena coffee shop yang belakangan ini semakin tumbuh, tak luput dari pengamatan Wakil Ketua Bidang Pembangunan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, Wedy Asmara. Dalam talkshow tersebut, Wedy berpesan agar para calon pelaku bisnis kopi memiliki visi dan tujuan yang jelas saat membangun bisnisnya.
Pesan yang sama juga disampaikan narasumber lainnya, Bella Tjendriawan, Founder Maison Bonne & Co Founder Red Ripe Roasters. Di depan audience, mereka juga membagikan sejumlah tips dalam membangun bisnis perkopian agar bisa eksis dan dicintai customer.