Radio Solopos – Manajemen Solo Grand Mall (SGM) bakal melakukan renovasi dan re-branding untuk mal pertama di Kota Solo tersebut.
Renovasi meliputi bagian fasad atau muka bangunan serta sejumlah gerai di lantai dasar dan lantai I mulai akhir Agustus hingga November 2025.
Selama renovasi mal tetap buka seperti biasa.
Direktur PT Bengawan Inti Kharisma, Bambang Sunarno, mengatakan SGM akan meninggalkan konsep lamanya berupa trade center dan mencoba konsep baru yang lebih menyasar segmen masyarakat menengah ke atas.
Salah satu upayanya adalah meniadakan gerai-gerai kecil di lantai dasar dan menggantikan dengan gerai besar.
“Sekarang akan kami ubah menjadi standar menengah ke atas. Jadi tidak ada gerai-gerai kecil [di lantai dasar dan lantai I], sehingga akan dibuat lebih banyak gerai-gerai besar seperti di lantai II,” kata dia seperti dikutip Radio Solopos dari Espos.id.
Ukuran gerai-gerai kecil di lantai dasar dan lantai I akan diperbesar menjadi 100 meter persegi hingga 150 meter persegi.
Gerai-gerai baru itu ke depan akan ditempati sejumlah merek besar seperti Samsung, Solaria, merek-merek alat olahraga, dan aksesoris.
Kemudian, lanjut dia, bagian yang akan diubah adalah fasad di area lobi utama sebelah utara. Bentuk fasad tersebut akan diperbarui dan ada kafe baru yang buka 24 jam.
“Nanti pintu lobinya akan dimundurkan sedikit untuk memberikan ruang di area fasad untuk beroperasi selama 24 jam. Di sana juga akan ada kafe yang buka. Jadi ketika malnya sudah tutup area fasad tetap bisa diakses masyarakat,” terang dia.
Selama renovasi berlangsung, Bambang menyebut mal tertua di Kota Solo itu akan tetap buka seperti biasa yakni mulai pukul 10.00 WIB-21.00 WIB.
Hanya untuk pintu masuk pengunjung akan dipindah ke sisi barat mal.
“Rencana akhir bulan dan kami sudah ada kontraktornya. Perkiraan pembangunan [rampung] sekitar Oktober-November 2025,” ungkap dia.
Bambang mengaku telah mempertimbangkan secara matang termasuk dampak bagi pengunjung mal selama proses renovasi.
Apalagi Solo Grand Mall menjadi salah satu lokasi kulineran favorit warga Solo. Oleh karenanya dia tetap mempertahankan area foodcourt favorit di lantai IV.
“Kuliner di atas tetap, sekarang modelnya tidak zaman seperti ini [trade center]. Kami pelajari di Bandung dan lokasi lainnya model trade center sudah tidak ada lagi. Karena memang sekarang orang trennya ke mal ya jalan-jalan, makanya muncul istilah rohana [rombangan hanya nanya] dan rojali [rombongan jarang beli],” jelas dia.
Perubahan Logo
Sementara itu, Wali Kota Solo, Respati Ardi, menyambut baik rencana Solo Grand Mall melakukan sejumlah langkah pembaruan termasuk renovasi fasad dan gerai.
Dia berharap renovasi ini tidak hanya sebatas fisik semata tapi juga kualitas pelayanan dan harus punya daya tarik bagi wisatawan.
Mas Wali, sapaannya, mengaku punya banyak kenangan dengan SGM ketika masa-masa SMP hingga kuliah.
Waktu itu ia kerap jajan dan bermain bersama sahabat dan pacar di sana.
“Dulu saya kalau mau kencan atau jajan ke foodcourt itu saja harus nabung dulu. Kalau uangnya enggak cukup jajannya ya di angkringan,” kenang dia.
Respati berpesan kepada manajemen SGM untuk segera menentukan segmen market baru yang lebih spesifik untuk menghadapi persaingan dunia pusat perbelanjaan.
Selain itu, setelah renovasi usai, SGM harus memperbanyak aktivasi kegiatan dengan menggandeng berbagai pihak agar mal tetap hidup dan ramai.
“Niche market-nya harus jelas yang mau dikejar apanya kuliner atau elektroniknya. Kunci berikutnya adalah aktivasi kegiatan kalau tidak kerja sama sulit mengejar market,” pesan dia.
Dia berharap fasad dan gerai baru bisa menjadi trigger dan penyegaran bagi SGM. Sekaligus memberikan bukti bahwa Solo Grand Mall tidak diam tapi tumbuh.
Selain fasad dan gerai, SGM juga akan melakukan rebranding pada logo dan nama.
Dari logo sebelumnya berbentuk seperti tiang bangunan dengan warna dominan oranye diubah menjadi berbentuk seperti bunga dengan warna dominan biru.
Sedangkan dari segi nama dari sebelumnya Solo Grand Mall menjadi Neo Solo Grand Mall.