SoloposFM – Tahun 2021 baru memasuki pertengahan bulan Januari, namun sudah banyak terjadi bencana alam di Indonesia.
BNPB mencatat, ada 136 bencana alam terjadi di Indonesia sepanjang periode 1-16 Januari 2021. Dari 136 bencana alam itu, sudah merenggut 80 korban jiwa dan 858 orang luka-luka.
Akibat ratusan bencana alam itu, sebanyak 405.584 orang terdampak dan mengungsi.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memastikan telah melakukan respons cepat dalam penanganan dampak bencana seperti tanah longsor di Sumedang, gempa bumi di Sulawesi Barat, banjir di Kalimantan Selatan, dan dampak bencana di daerah lainnya.
Selain bantuan tanggap darurat seperti bantuan logistik yang sudah disalurkan ke lokasi bencana, peran aktif Kemensos juga dibuktikan dengan respons cepat UPT Kemensos di lokasi bencana melakukan penanganan terhadap penyintas.
Pendapat Pendengar
Meski pihak pemerintah mengklaim sudah melakukan respon cepat dalam penanganan bencana, penilaian berbeda disampaikan mayoritas pendengar Solopos FM.
Dalam polling di sesi Dinamika 103, Selasa (19/1/2021), sebanyak 65 persen pendengar Solopos FM menilai pemerintah masih kurang cepat tanggap dalam penanganan bencana-bencana tersebut.
Salah satunya disampaikan Sanusi, “Bencana alam adalah proses alam yang terus terjadi dengan bangsa ini. Akibat dari kebijakan tata kelola ruang yang salah dan didukung oleh cuaca ekstrem yang merusak sistem ekologi alam yang tidak dapat kita hindari. Ini merupakan siklus tahunan yang seharusnya bisa diantisipasi dengan manejamen mitigasi bencana secara profesional.”
Pendapat berbeda disampaikan Sasongko, “Saya menganggap penanganan pemerintah sudah cukup cepat dalam memberikan bantuan bencana yang melanda NKRI. Yang buat prihatin, bantuan belum sampai sudah dihadang/jarah di perjalanan.”
Pendapat Narasumber
Sementara itu, Sumartono Hadinoto, CEO dan Sekretaris PMI Solo menjelaskan dalam proses mitigasi penanganan bencana biasanya PMI sudah melakukan monitor sejak ada tanda-tanda. Sehingga ketikan bencana terjadi PMI siap menerjunkan relawan untuk melakukan evakuasi, dilanjutkan dengan membuat tenda bagi relawan dan korban, serta dapur umum. Selain itu, juga mengirimkan tenaga medis dan fasilitas sanitasi jika dibutuhkan.
Sumartono mengakui dibutuhkan manajeman bencana yang luar biasa untuk ke depannya.
“Tentu semua terus disempurnakan. PMI saat ini juga mengadakan pendidikan manajemen bencana. Termasuk dengan mengirimkan relawan ke lokasi bencana di Mamuju, sekaligus sebagai pendidikan manajemen bencana,” tutur Sumartono.
Ia menambahkan PMI Solo saat ini juga mengembangkan kegiatan siaga bencana berbasis masyarakat alias SIBAT di setiap kelurahan. Tujuannya, untuk bisa memberikan bantuan emergency atau pertolongan pertama ketika terjadi bencana dan mendata bantuan apa saja yang dibutuhkan untuk kemudian dilaporkan ketika PMI datang.
[Diunggah oleh Mita Kusuma]