SoloposFM, Kota Solo dipastikan tidak akan menggelar perayaan Imlek pada tahun ini. Selama beberapa tahun terakhir perayaan Imlek di kota itu menjadi perhatian wisatawan.
Ketua Panitia Imlek Bersama Solo, Sumartono Hadinoto dalam Program Perilaku Baru Lawan Covid-19 Solopos FM : Perayaan Imlek Kota Solo Di Tengah Pandemi, Kamis (11/02/2021) menyebut langkah itu diambil mengingat situasi pandemi COVID-19.
Menurut Sumartono, masyarakat Tionghoa di Solo tidak memasang satupun pernak-pernik Tahun Baru Imlek dan tidak ada pertunjukan barongsai.
“Imlek kan tujuannya membranding Kota Solo dengan Kebhinekaan. Risiko pemasangan lampion seperti tahun sebelumnya menimbulkan kerumunan massa. Kami sepakat tahun ini tidak ada perayaan Tahun Baru Imlek. Seharusnya lampion sekarang ini sudah menyala,” kata Sumartono.
Baca juga : Pengawasan Obat Yang Diedarkan Secara Daring Oleh LOKA POM Surakarta
Selama beberapa tahun terakhir perayaan Imlek di Solo selalu digelar di sekitar kawasan Pasar Gede. Masyarakat Tionghoa dan warga setempat biasanya memasang lampion di atas jalanan depan Pasar Gede hingga Balai Kota Solo. Ribuan lampion dan ornamen Imlek dipasang di sekitar tempat itu. Masyarakat juga bisa menyaksikan kesenian khas Tionghoa.
Hiasan Imlek yang cukup megah itu menyedot ribuan warga dan wisatawan untuk berkumpul di sekitar kawasan Pasar Gede. Perayaan Imlek berlangsung hingga sebulan. Namun, suasana kemeriahan itu dipastikan tidak akan ada pada tahun ini.
Dirayakan Secara Virtual
Warga tetap bisa merayakan imlek dan dapat melakukan silaturahmi, yakni secara virtual. Selain itu, masyarakat Tionghoa Solo yang sudah biasa berkirim angpao, tetap bisa melakukannya dengan cara transfer.
“Sebagai pengusaha tidak dipungkiri situasi pandemi semua menurun. Tapi kami pemikirannya semua bisa bertahan. Ekonomi berjalan kan tetap aman. Kami berharap para pengusaha di tengah kesulitan tetap memikirkan sesama untuk bisa berbagi,” papar dia.
Sumartono mengaku sudah menginformasikan keputusan itu dengan Pemerintah Kota Solo. Menurutnya, pemerintah sangat mendukung langkah yang diambil oleh panitia. Dia meminta kepada masyarakat etnis Tionghoa untuk tetap menjalin komunikasi dengan keluarganya saat Imlek secara daring.
“Kami juga menggelar aksi donor darah, dan tiap pendonor akan kami beri bingkisan kue keranjang. Hal ini sesuai dengan tema kemanusiaan di tengah pandemi,” ungkapnya lebih lanjut.
Penutupan Kelenteng
Kelenteng Tien Kok Sie juga ditutup saat Imlek 2021 untuk antisipasi terbentuknya klaster baru covid-19. Biasanya sebanyak 500-an umat berdatangan untuk beribadah saat Imlek sebelum pandemi covid-19. Mereka berasal baik dari Solo dan luar Solo.
Ritual ibadah Imlek 2021 tetap dilakukan seperti biasa. Namun, peserta ibadah dibatasi hanya sebatas pengurus yayasan. Selain itu, jumlah pengurus yang turut beribadah Imlek juga dibatasi maksimal 20 orang.
Kelenteng Tien Kok Sie selalu menjadi pusat perayaan Tahun Baru China atau Imlek di Kota Solo. Kelenteng yang berada di kawasan Pasar Gedhe tersebut selalu menjadi pusat perhatian masyarakat umum karena rutin menyelenggarakan perayaan Imlek dengan meriah.
“Umat Konghucu atau Tri Dharma di Solo kan tidak begitu banyak, jadi mereka masih bisa sembahyang dengan menjaga protokol kesehatan. Tiap kelenteng sudah siap dengan aturannya,” ungkap Sumartono.
Menjaga Keberagaman
Momen pandemi ini menurut Sumartono, bisa menjadi ajang untuk berbagi kemanusiaan antar sesama. Selain itu, keberagaman ini bisa menjadi ajang untuk meningkatkan rasa kebersamaan. Pihak yang ada kelebihan bisa memberikan kepada yang kekurangan, toleransi dan terus menjaga kerukunan.
“Solo ini memiki banyak etnis. Diakui ada minoritas dan mayoritas. Tapi jika sampai ada konflik, semua pasti akan kena imbasnya, dalam jangka panjang dan pendek. Jangan sampai istilah Solo sebagai sumbu pendek, tidak diantisipasi,” papar Sumartono.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]