SoloposFM, Selama pandemi Covid-19, simpanan dana dalam bentuk tabungan di bank meningkat. Kondisi perlambatan ekonomi akibat Covid-19 tersebut membuat masyarakat mencari langkah aman.
Akibatnya kegiatan investasi melambat. Selain memilih untuk berhati-hati, masih banyak masyarakat belum mengerti instrumen investasi apa saja yang bisa dipilih untuk dilakukan di masa pandemi.
Pandemi Covid-19 dinilai menjadi peluang baru untuk memulai investasi. Ada banyak instrumen yang bisa menjadi pilihan investasi di kala pandemi seperti deposito, saham, emas, obligasi pemerintah, saham dan investasi mata uang asing.
Lalu, sebenarnya, apakah investasi masih aman dilakukan saat corona seperti ini? Jawabannya yaitu masih aman, asalkan kamu mampu menelusuri instrumen investasi apa yang tepat dipilih agar tidak terjadi kerugian yang amat besar.
Namun, sebelum mulai berinvestasi, kita perlu menentukan dahulu tujuannya. Dengan memiliki tujuan tersebut, masyarakat bisa mengukur dan merencanakan investasi secara berkala. Tanpa adanya tujuan berinvestasi, sulit untuk menjaga motivasi untuk disiplin menyisihkan sebagian penghasilan bulanan tersebut.
Bahkan bagi mereka yang terdampak oleh pengurangan penghasilan maupun PHK, masih bisa mencari ide tambahan penghasilan untuk melakukan investasi, tentunya setelah memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu.
Terbuka Peluang Baru
Perencana keuangan sekaligus pendiri firma perencanaan keuangan Halofina, Eko Priyo Pratomo mengatakan bahwa pandemi Covid-19 merupakan peluang baru untuk memulai investasi. Ada banyak instrumen yang bisa menjadi pilihan investasi di kala pandemi seperti deposito, saham, emas, obligasi pemerintah, saham dan investasi mata uang asing.
“Bisa juga belajar reksadana. Jenis reksadana banyak sekali. Ada pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan reksadana saham. Menurut saya ini bisa dilakukan orang kebanyakan,” kata Eko Priyo dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (20/10).
Namun, sebelum mulai berinvestasi, kita perlu menentukan dahulu tujuannya. Dengan memiliki tujuan tersebut, masyarakat bisa mengukur dan merencanakan investasi secara berkala. Tanpa adanya tujuan berinvestasi, sulit untuk menjaga motivasi untuk disiplin menyisihkan sebagian penghasilan bulanan tersebut.
Bahkan bagi mereka yang terdampak oleh pengurangan penghasilan maupun PHK, masih bisa mencari ide tambahan penghasilan untuk melakukan investasi, tentunya setelah memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu.
“Dalam kondisi apa pun, kita harus tetap tenang. Karena saat kita tetap tenang dan tidak panik, maka kita akan lebih jernih berpikir. Kita juga percaya kalau kita mau berupaya pasti ada jalannya. Bagi yang beruntung masih memiliki pekerjaan, mari mencoba hidup minimalis dan usahakan untuk tetap berinvestasi. Banyak instrumen yang sudah dikeluarkan pemerintah, kita masih punya kesempatan untuk berinvestasi kalau kita mampu untuk hidup minimalis,” kata Eko Priyo.
Bagi masyarakat yang belum memiliki aset yang cukup untuk melakukan investasi, dalam kondisi seperti ini perlu untuk menyiapkan dana darurat. Bisa berasal dari aset tabungan atau dari metode disiplin mengalokasikan anggaran 20 persen dari pemasukan bulanan.
Baca juga : Ke Pantai Yukk! Pendengar Solopos FM Mengaku Siap Liburan Bermodal Prokes Ketat
Opini Pendengar Solopos FM
Pendengar SoloposFM, pada program Dinamika, Senin (15/03/2021), sebesar 50% mengaku belum tertarik berinvestasi, sedangkan separoh sisanya mengaku tertarik. Mayoritas dari mereka juga mengaku lebih tertarik berinvestasi emas.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Banyak ragam dalam pengelolaan investasi secara konvensional dan klasik maupun di era digital hingga investasi bodong yang berkembang dalam masyarakat kita, ini merupakan sifat umum dari situasi dan kondisi ketika masyarakat harus bertahan dengan tekanan ekonomi dan wabah pandemik yang mempengaruhi sendi-sendi sektor perekonomian itu sendiri,” ungkap Ahmad Sanusi.
“Kalau saya dan istri sudah menjalankan investasi yang cukup mudah dan sewaktu-waktu butuh dana tinggal datang ke tokonya sambil bawa surat pembelian, yaitu perhiasan emas. Setiap ada rezeki yang lebih, kami belikan emas dengan kadar yang karatnya rendah karena potongan dan biayanya juga rendah. Apalagi emas tersebut kami simpan. Kalau yang kami pakai baru dengan kadar emas yang tinggi. Bahkan istri kemarin ada jual emas saat belinya 15 th zilam jadi untung berlipat -lipat di saat sekarang,” tulis Priyanto.
Saya merasa lebih nyaman dengan berinvestasi emas. Harga emas cenderung mengalami kenaikan dari waktu ke waktu,” tulis Ary.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]