SoloposFM – Sudah menjadi tradisi, masyarakat mulai belanja berbagai macam kebutuhan hari raya jelang lebaran seperti makanan hingga baju baru. Meski masih dalam masa pandemi, hal ini tidak menghalangi masyarakat untuk melanjutkan tradisi tersebut. Hal ini bisa dilihat dari berita betapa padatnya pasar grosir Tanah Abang baru-baru ini.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pun menyayangkan kerumunan masyarakat yang terjadi di Pasar Tanah Abang Jakarta pada Minggu, 2 Mei 2021. Pasalnya, hal ini dapat menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19.
Dia menyadari bahwa berbelanja merupakan tradisi masyarakat di setiap Hari Raya Idul Fitri. Kendati hal ini dapat menggerakan ekonomi nasional di masa pandemi, namun secara bersamaan berbelanja tanpa protokol kesehatan sangat berpotensi menyebarkan virus corona.
Satgas COVID-19 juga menyoroti kenaikan mobilitas orang ke pusat perbelanjaan di 29 provinsi di Indonesia. Data tersebut dihimpun Satgas COVID-19 sampai per 27 April 2021.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah memaparkan, dari 34 provinsi, 29 provinsi di antaranya mengalami kenaikan mobilitas orang ke pusat perbelanjaan. Ada situasi masyarakat sudah mulai keluar rumah menuju pusat perbelanjaan.
Berdasarkan data monitoring Satgas COVID-19, pasar-pasar banyak beroperasi, terlebih lagi jelang Lebaran, yang mana pengunjung membeli pakaian baru dan kebutuhan lainnya. Sayangnya, protokol kesehatan terlihat mengendur.
Pendapat Pendengar
Melihat tingginya animo masyarakat untuk berbelanja keperluan lebaran meski masih di masa pandemi, kerumunan pun rawan terjadi. Padahal hal itu berpotensi menjadi sumber penularan Covid-19.
Dalam polling di sesi Dinamika 103, Selasa (4/5/2021), mayoritas pendengar Solopos FM yaitu sebanyak 80% mengaku tidak yakin kerumunan belanja lebaran bisa diantisipasi.
Di sisi lain, sebagian komentar bernada pesimis pun disampaikan pendengar Solopos FM. Salah satunya disampaikan Sriyatmo, “Kalau mall tidak dijaga prokesnya, ya sudah tinggal menunggu saja apa akibatnya!”
Sementara, menurut Sulistyo, “Kabarnya ekonomi sedang sulit. Kok semangat konsumtif meningkat tajam?”
Pendapat berbeda disampaikan Syamsudin, “Saya pikir pemerintah terlalu banyak energi untuk pencegahan Covid. Biarkan saja masyarakat semaunya, toh sudah tahu sendiri resikonya.”
[Diunggah oleh Mita Kusuma]