SoloposFM, Pungli atau pungutan liar kembali jadi sorotan. Berawal dari aduan Praktik pungli dan premanisme di pelabuhan termasuk Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara kepada Presiden Joko Widodo. Beberapa supir kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (11/6/2021), saat kunjungan ke pelabuhan utama Indonesia ini kemarin.
Para pekerja kerah biru ini mengeluhkan, bukan terkait masalah beratnya pekerjaan yang digelutinya, melainkan aksi premanisme juga pungutan liar yang kerap terjadi.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Riyanto mPelaku bisnis juga memberikan uang lebih kepada supir saat melakukan perjalanan. Dia mengatakan, premanisme dan pungli sudah terjadi sejak lama. Dia menyebut, area-area dekat depo kontainer impor dan ekspor merupakan area yang rawan aksi ini. Apalagi, imbuhnya, jika kondisi macet di tengah malam.
Pelaku bisnis juga memberikan uang lebih kepada supir saat melakukan perjalanan. Dia mengatakan, premanisme dan pungli sudah terjadi sejak lama. Dia menyebut, area-area dekat depo kontainer impor dan ekspor merupakan area yang rawan aksi ini. Apalagi, imbuhnya, jika kondisi macet di tengah malam.
Baca juga : Solopos FM Jadi Radio Swasta Terbaik di Anugerah Penyiaran Jateng 2021
Penindakan Cepat
Instruksi Presiden Joko Widodo untuk memberantas pungutan liar di Pelabuhan Tanjung Priok langsung disambut dengan gerak cepat oleh kepolisian. Sehari setelah instruksi itu diberikan, polisi langsung mengumumkan penangkapan puluhan pelaku pungli.
Komisioner Komisi Polisi Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti, meminta Polri tidak mesti menunggu perintah Presiden untuk sekedar menindak aksi premanisme seperti pungutan liar ini.
Baca juga : Dewan Pers Verifikasi Solopos FM
Poengky meminta polisi meningkatkan keamanan dengan mengerahkan para jajaran di wilayah. Menurut Poengky, preman umumnya tidak bertidak seorang diri tetapi berkelompok, terorganisasi. Pungli bukan hal yang baru tetapi terus terjadi di berbagai lini. Mirisnya hal ini terjadi di pelayanan publik.
Opini Pendengar Solopos FM
Hasil polling SoloposFM, pada program Dinamika, Senin (14/06/2021), mayoritas pendengar mengaku masih menemkan pungutan liar di sekitarnya. Sebanyak 64% pendengar mengaku pernah menemukan pungli. Sementara 36% sisanya tidak lagi menemukan pungli.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Saya sudah jarang menemukan Pungli di sekitar saya. Hanya pungli sulit diberantas bila penegak hukum kurang tegas dan menindak hingga akar-akarnya kalau perlu di dor saja daripada memenuhi penjara. Pada umumnya bila ketangkap kemudian dihukum, setelah bebas akan mengulangi kembali perbuatannya lagi,” ungkap Priyanto.
“Di sekitar lingkungan saya tidak ada,” tulis Ahmad di Nayu.
“Masih ada dan banyak. Harus di tindak tegas,” tulis Ana di Jebres.
“Mafia jalanan dan mafia birokrasi selalu ada dan menjadi musuh bangsa ini dalam kemasan premanisme yang terorganisir. Negara harus tegas dalam pemberantasan penyakit yang sudah mendarah daging ini. Perlu revolusi mental ekonomi bukan hanya sekedar insidental sesaat. Sesudah itu ada lagi!” tulis Ahmad Sanusi di Kartasura.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]