SoloposFM, Pemerintah memperpanjang PPKM Level 4 di beberapa wilayah di Jawa dan Bali hingga 2 Agustus mendatang guna menekan laju penularan virus corona (Covid-19). Dalam aturan yang baru, kini masyarakat boleh makan di restoran, warung makan dan pedagang kaki lima.
Dalam PPKM Darurat dan PPKM Level 4 sebelumnya, restoran, warung makan hingga PKL tidak diperkenankan melayani pengunjung makan di tempat. Mereka hanya menjual makanan untuk dibawa pulang.
Ada aturan di perpanjangan PPKM level 4 yang memperbolehkan pedagang kaki lima (PKL) dan warung Tegal (warteg) melayani pembeli yang makan di tempat (dine in) dengan waktu makan maksimal 20 menit. Aturan ini pun memicu pendapat banyak orang yang merasa 20 menit itu waktu yang terlalu singkat.
Baca juga : AMSI akan Luncurkan Crisis Center COVID-19
Benarkah terlalu singkat?
Menurut pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, waktu 20 menit ini masih terlalu lama sebenarnya kalau dibandingkan risiko penularan COVID-19. Risiko penularan virus bisa terjadi lebih cepat dari 20 menit. Virus bisa menular hanya dalam waktu satu menit.
Namun, Dicky mengatakan saat ini opsi tersebut mau tidak mau harus diambil. Sebab, kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia sudah sangat membebani berbagai sektor, seperti sektor kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Opini Pendengar Solopos FM
Hasil polling SoloposFM, pada program Dinamika, Kamis (29/7/2021), mayoritas memilih membawa pulang makanan atau take away selama penerapan PPKM. Sebanyak 82%
Baca juga : PPKM Diperpanjang, Pendengar SoloposFM : Berat Dan Aturan Ribet Tapi Demi Kesehatan Bersama
Berikut sejumlah opini mereka:
“Lebih baik bawa pulang. Pemerintah memberi kelonggaran apa menekan rakyat terus. Secara tidak langsung salah satu penyebab orang stress, bagaimana imun tidak turun?” ungkap Tatik.
“Aturan tetap aturan ketika dibenturkan dengan kepentingan orang banyak maka terjadilah pro dan kontra. Pandemi ini bisa kita lalui bersama jika bahu-membahu untuk keluar dari zona bahaya ini,” papar Ahmad Sanusi.
“Pilih bawa pulang. Di pesan antar ke rmh lebih nyaman, “ ungkap Nia.
“Rada ribet aturannya. Misal saya beli ayam ,ikan bakar/goreng, untuk masak saja bisa 20 menit sendiri. Belum kalau antri. Tapi saya jarang makan di warung. Masak sendiri lebih terjamin kebersihannya,” tulis Nur Syamsiah.
“Waktu makan dibatasi 20 menit lebih enak dibawa pulang daripada keselek sendok garpu. Walaupun kangen makan di tempat sambil ngobrol tapi mau gimana lagi. Tetap patuhi peraturan daripada digropyok,” papar Mira.
“Kalau 20 menit ya kurang lah. Paling tidak 30 menit mungkin bisa, itupun cuma makan soto. Kalau makan sate, lele bakar/kakap bakar nanti kalau terburu-buru bisa-bisa menelan durinya,” tulis Wahyuni.
“Saya setuju. Intinya jangan berlama-lama makan di warung/RM, durasi 20 menit hanyalah himbauan disegerakan dan berlaku untuk perorangan tidak rombongan. Ya gunanya untuk menekan laju penularan COVID-19. Tapi yang namanya warga +62 ada-ada saja ulahnya. Peraturan atau himbauan ada yang dibikin meme, ada yang dilanggar, ada yang coba-coba, dan tidak sedikit juga yang mentaatinya. Bagi saya keadaan seperti saat ini mending makan di rumah saja, masak sendiri. Bila ingin beli makanan ya dibungkus saja. Mengantisipasi bagi saya lebih baik, karena di sebelah rumah saya banyak yang isoman dan keluarga ada yang terinfeksi covid-19,” ungkap Sri Almi
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]