SoloposFM, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih telah ditetapkan sebagai desa wisata batik Karanganyar oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono. Hal ini sesuai dengan visi misi Kabupaten Karanganyar menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah serta menumbuhkan 1000 pengusaha.
Girilayu merupakan salah satu desa pembatik keraton yang berpusat di Keraton Mangkunegaran. Karena itulah hingga saat ini motif batik Girilayu dipengaruhi gaya membatik khas Mangkunegaran baik teknik, bahan, pewarnaan, sampai pada motif yang digunakan. Desa Girilayu memang memiliki potensi besar dalam dunia pengrajin batik, mengingat hampir seluruh penduduk desanya menggeluti dunia batik yang sudah turun temurun.
Baca juga : PPKM Kota Solo, Sobat Solopos : Sudah Saatnya Dilonggarkan!
Solopos FM bersama Tim P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) Karanganyar, mengupasnya dalam Serba Serbi Inspirasi di Bumi Intanpari. Diketahui, P4GN diketuai langsung oleh Wakil Bupati Karanganyar, Rober Christanto.
Dalam program Serba-Serbi Inspirasi di Bumi Intanpari, Kamis (12/08/2021), secara khusus membahas tema “Batik Girilayu, Menjaga Tradisi Dan Menghadapi Era Baru”. Hadir di studio Solopos FM, Riyanti Azzahra Pengurus Desa Wisata Batik Girilayu dan Reni Suprihatin Pengrajin Batik Girilayu.
Baca juga : Pesawat Kepresidenan Ganti Warna, Sobat Solopos : Wajar Jelang HUT RI
Potensi Jumlah Pembatik
Reni Suprihatin mengungkapkan jumlah pembatik di desa tersebut ratusan, karena hampir di setiap rumah apa pengrajin batik yang mayoritas ibu-ibu. Ketrampilan ini kemudian diturunkan ke generasi-generasi berikutnya. Menurut Reni, batik Girilayu masih dipengaruhi motif dari Solo. Yaitu warna yang gelap atau warna sogan.
Sementara itu. Riyanti Azzahra yang merupakan pengurus Desa Wisata Batik Girilayu menjelaskan sebelum Girilayu menjadi desa wisata, para pengrajin sudah bekerjasama dengan para juragan batik di Solo. hal ini membuat batik Girilayu cukup dikenal.
“Sekarang dikembangkan dengan lebih modern. Kami juga selalu promosi dan kerjasama dengan para pengrajin untuk membuat motif-motif baru. Apalagi kini sudah ada showromnya. Tamu yang datang tak hanya melihat produk kain batik, tapi juga produk kerajinannya seperti tas, sandal dl,” ungkap Riyanti.
Inovasi Batik
Inovasi motif batik juga dikembangkan agar bisa mengikuti mode dan perkembangan jaman. Saat ini para pengrajin batik tulis di Girilayu, Kecamatan Matesih, Karanganyar, mulai kenalkan motif batik khas daerah Girilayu berupa motif durian dan manggis.
Selain motif buah, pengrajin juga hasilkan motif Girilayu dan Karanganyar contohnya adalah monumen tri dharma.
“Harga jualnya juga beragam tergantung dari motif hingga kesulitan produksinya. Harga bisa mulai Rp40 ribu-Rp50 ribu per lembar untuk selendang dan Rp. Rp250.000-Rp700.000 untuk kain jarit,” ungkap Reni.
Sedangkan motif batik kuno seperti truntum, Kencar-Kencar, Mahkota Raja, Kembang Kanthil, Wahyu Tumurun harga jualnya bisa mencapai Rp. 2 juta per lembarnya tergantung rumitnya motif dan lamanya pembuatan.
Pemasaran batik hasil perajin batik Girilayu tidak hanya di sekitar desa sambil menunggu pembeli yang datang. Mereka juga gunakan metode jemput bola dengan mengikuti beragam pameran UKM yang diselenggarakan baik di wilayah Kabupaten Karanganyar sampai ke luar Karanganyar.
“Mengikuti perkembangan teknologi, pemasaran produk juga mulai memanfaatkan media sosial hingga market place,” pungkas Riyanti.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]