SoloposFM, Presiden Joko Widodo telah meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menurunkan harga tes polimerase rantai ganda atau PCR untuk Covid-19. Dia mengatakan, menurunkan harga tes PCR merupakan salah satu cara untuk memperkuat pengetesan kasus Covid-19.
Presiden meminta biaya tes PCR berada di kisaran Rp 450.000-Rp 550.000. Selain itu, Presiden juga meminta, dengan harga tersebut, hasil tes PCR bisa keluar selambat-lambatnya dalam 1×24 jam. Jokowi menegaskan, penanganan pandemi membutuhkan kecepatan.
Pada Oktober 2020, Kementerian Kesehatan menetapkan batas atas harga pemeriksaan PCR di laboratorium swasta sebesar Rp 900.000. Namun, dalam praktiknya, masih banyak yang mematok tarif di atas Rp 1 juta, terutama jika hasilnya bisa diterima dalam waktu 24 jam.
Baca juga : Perang Baliho Politikus, Sobat Solopos : Bikin Muak! Dananya Buat Bagi Bansos Saja!
Komponen Penyusun Harga PCR
Ahli patologi klinis sekaligus Direktur RS Universitas Sebelas Maret (UNS) dr.Tonang Dwi Ardyanto SpPK, PhD, pada program Dinamika, Kamis (19/08/2021), menjelaskan tentang komponen yang dibutuhkan dalam pengujian tes PCR.
Pengujian tes PCR di laboratorium, kata dia, menggunakan banyak komponen seperti reagen, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang harganya mahal, serta memerlukan tenaga terlatih atau sumber daya manusia yang mumpuni di bidang ini.
“Khusus untuk reagen, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, baik rumah sakit maupun laboratorium tidak dapat menekan harga beli yang berpengaruh pada harga jual. Pasalnya, harga ketiga komponen tes PCR tersebut yang menetapkan adalah pemerintah. Jika Bapak Presiden memerintahkan tarifnya (tes PCR) diturunkan, ya kami (ahli patologi dan tenaga kesehatan yang bekerja di laboratorium) akan senang. Karena harga reagen, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai akan diturunkan,” papar Tonang.
Baca juga : Perayaan Hari Pramuka 2021, Pramuka Solo : Tetap Berkontribusi Bangun Karakter Generasi Walau Masih Pandemi!
Dengan kata lain, harga tes PCR bisa turun asal harga reagen, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai benar-benar dapat dikendalikan oleh pemerintah.
Tonang menambahkan kecepatan keluarnya hasil tes PCR juga bergantung pada teknologi yang digunakan. Selain itu, sejumlah laboratorium berupaya efisien sehingga mesin PCR baru digunakan jika kapasitas sudah full.
Opini Pendengar Solopos FM
Pada program Dinamika, Kamis (19/08/2021), mayoritas Sobat Solopos optimistis harga tes PCR bisa turun. Sebanyak 60% Sobat Solopos mengaku optimsitis dengan penurunan harga test. Sednagkan 40% sisanya mengaku masih ragu harga tes PCR bisa turun.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Bagaimana nggak mahal? Biaya buat lab mahal, tenaga medis sekolahnya mahal, alat-alatnya mahal, prosès kirim mahal, apalagi bahan bakunya juga mahal. Ngeri,” ungkap Sriyatmo.
“Saya kok melihatnya ada ketimpangan. Pemerintah langsug menurunkan tanpa tahu kondisi di lapangan sudah siap atau belum, dari sarana dan kapasitas. Yang ditakutkan setelah ini adalah banyak yang protes. Misal tes PCR belum sesuai harga, padahal memang bahan bakunya belum turun,” ungkap Desi.
“Salam sehat dan jangan lupa selalu jaga kesehatan. Saya optimis tes PCR bisa turun serentak sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah. Karena sekarang ini PCR ini jadi kebutuhan bagi masyarakat yang terkena covid setelah menjalani insoman 15 sd 20 hari kalau Rp900.000 cukup memberatkan masyarakat. Harapan saya hasil PCR bisa cepat jadinya. Tidak seperti kemarin pagi test hasilnya jam 8 malam. Ini pengalaman saya pribadi. Bahkan ada yang tarifnya Rp6 juta hasilnya 30 menit. Bisa dibilang ongkos pesawat sama test PCR lebih mahal tesnya. Ini yang terjadi bila kita dapat tugas ke luar kota menggunakan pesawat dan diperintahkan oleh atasan untuk waktu yang mendadak,” papar Priyanto
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]