SoloposFM, Warga Soloraya dalam sepekan terakhir merasakan cuaca yang panas. Bahkan sebagian masyarakat menilai kondisi ini disebabkan gelombang panas. Namun hal itu dibantah oleh BMKG. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kondisi cuaca panas yang terjadi di Indonesia saat ini bukan ‘Gelombang Panas’. Namun masyarakat masih harus berhati-hati karena kondisi cuaca pada siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius.
Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa yang biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO) disertai oleh kelembapan udara yang tinggi.
Untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut.
Baca juga : Perpanjangan PTM, Kadisdik Solo : Butuh Kolaborasi Pengawasan Sekolah, Ortu Dan Masyarakat
Iis Widya Harmoko, Kepala Seksi Data Informasi dan Komunikasi BMKG Jateng, dalam program Dinamika, Senin (18/10/2021), mengungkapkan cuaca panas dalam sepekan terakhir ini masih wajar. Menurutnya suhu maksimum di suatu wilayah di Indonesia memang biasa terjadi di bulan Oktober.
“Kondisi ini sebenernya adalah hal yang wajar karena suhu maksimum terjadi di bulan Oktober. Dari pantauan suhu berkisar 36-37 derajat. Bahkan jika mencapai 39 sebenarnya masih normal. Beda dengan kondisi di tahun 2015 dan 2019 dimana suhu kala itu mencapai 39,5 derajat. Saat itu ada kondisi iklim yang mengurangi curah hujan yaitu terjadinya kemarau panjang,” papar Iis.
Mulai Musim Hujan
Lebih lanjut Iis menjelaskan, menghilangnya awan hujan dalam sepekan terakhir yang menyebabkan udara snagat kering, diakibatkan oleh siklon tropis. Namun dalam pekan ini, hujan akan kembali turun yang menandai datangnya musim hujan.
Baca juga : Jendela Komunitas, Mengenal Lebih Dekat Junior Chamber International (JCI) Solo
“Secara umum di Jateng oktober mulai musim hujan. Kala pancaroba atau transisi seperti ini pagi sampai siang akan panas, sore malamnya hujan. Kondisi panas memang memicu kesehatan, untuk itu harus disikapi agar tidak berpengaruh ke kesehatan. Seperti banyak minum air putih,” ungkas Iis.
Opini Sobat Solopos
Sobat Solopos dalam program Dinamika, Senin (18/10/2021), mengaku merasakan cuaca panas di Soloraya dalam beberapa hari terakhir.
Berikut sejumlah opini mereka :
“Sudah lebih dari seminggu cuaca di Soloraya panas terik, bahkan pagi ini meskipun tadi malam sudah turun hujan 45 menit. Masih gerah nih, sampai kalau keluar rumah/kantor naik mobilpun AC mobil tidak terasa. Dengan cuaca yang ekstrim panas ini, ya kita harus selalu bawa minum air mineral 2 botol yang 600 ml, agar tidak terhidrasi,” ungkap Priyanto.
“Saya juga merasakan panas yang menyengat, apalagi kalau pas di lampu merah. Sekarangkan anak-anak sekolah jam masuk dan pulangnya berbeda. Kadang jam 12 siang masih di jalan. Migran dan vertigo jadi sering kambuh, juga terkadang kulit jadi gatal-gatal,” tulis Nur Syamsiah.
“Kalau tidak salah, tahun 1997 kemaraunya lebih lama dan panasnya juga sangat menyengat,” ungkap Sriyatmo.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]