SoloposFM, Harga kedelai impor konsisten naik sejak sebulan terakhir. Berdasarkan data dari distributor di kawasan Pasar Legi, Banjarsari, harga terus naik dari awalnya Rp9.000/kilogram (kg) menjadi Rp10.850/kg.
Melambungnya harga kedelai impor dipasaran berdampak pada perajin tempe. Mereka terpaksa mengurangi produksi hingga memperkecil kemasan lantaran terus naiknya harga bahan baku pembuatan tempe kedelai tersebut.
Baca juga : Memasuki Musim Hujan, Simak Empat Tips Anti Rebahan Ini Agar Tetap Produktif
Heru Sunardi, Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo dalam Dinamika, Rabu (23/02/2022) mengakui adanya kenaikan harga kedelai. Namun stok dan pasokan sampai saat ini masih aman.
“Ketersediaan barangnya tidak seperti biasanya, jadi tidak seimbang antara jumlah barang dan permintaan. Paguyuban sepakat tidak mengurangi ukuran tapi menaikkan harga perpotong 50-100 rupiah,” paparnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan jika pedagang meminta pasokan kedelai tetap ada dan harga segera distabilkan. Para pedagang juga mengkhawatirkan harga akan melonjak lagi, yang berimbas pada harga penjualan.
“Solo bukan daerah penghasil kedelai tapi menjadi pusat perdagangan kedelai yang disalurkan. Kami sudah mulai membangun komunikasi ke pemerintah propinsi dan pusat untuk segera dicarikan solusinya. Kami juga terus meminta pengrajin tetep melakukan produksi. Dan masyarakat harus memaklumi
Kedelai Impor
Pengrajin tempe selama ini memang mengandalkan kedelai impor karena lebih berkualitas dibanding yang lokal. Kedelai lokal dinilai kulit ari terlalu banyak dan kurang bersih. Jika dimasak, rasa dan teksturnya juga kurang enak. Para pengrajin biasanya menggunakan kedelai impor dari Amerika dan Brasil.
Kementerian Perdagangan menyatakan harga kedelai naik karena mengikuti pasar internasional. Kenaikan terjadi akibat ketidakpastian cuaca dan inflasi bahan makanan di AS, salah satu eksportir utama kedelai dunia.
Karena masalah tersebut harga kedelai jadi naik. Kemendag memperkirakan kenaikan kemungkinan terjadi sampai Mei 2022 ke level US$15,79 usd per bushel. Harga itu kemungkinan baru turun pada Juli mendatang dan itu pun tak signifikan.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengatakan kenaikan harga di level internasional itu berdampak ke Indonesia karena 80 persen kebutuhan kedelai di dalam negeri yang salah satunya untuk tahu tempe, didatangkan dari impor.
Baca juga : Tinggal Klik, Ini Lima Cara Jaga Protokol Kesehatan dan Imun Tubuh dalam Satu Genggaman
Opini Sobat Solopos
Dalam Dinamika, Rabu (23/02/2022) Sobat Solopos mengungkapkan sejumlah opininya. Berikut sejumlah opini mereka:
“Tempe dan tahu ukurannya kini lebih kecil dan ada yang naik RP500. Tapi tidak apa-apa yang penting ada. Jangan sampai langka. Tapi yang sangat berdampak dari harga minyak naik, kedelai naik, itu pasti industri kecil rumahan. Apalagi kalau sampai hilang dari pasaran. Bikin pusing kepala berkelanjutan. Kalau saya pasrah saja, yang penting ada barangnya,” ungkap Nur Syamsiah.
“Tempe yang dibeli pagi ini harganya Rp.8.000 dari sebelumnya Rp.6.000,” tulis Priyanto
Diunggah oleh Avrilia Wahyuana