SoloposFM – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan baru saja mengumumkan harga tiket masuk Candi Borobudur sebesar Rp 750.000 untuk turis lokal. Sementara untuk wisatawan asing, tiket masuk Borobudur ditetapkan sebesar 100 dollar AS atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 1.443.000 (kurs Rp 14.400) atau hampir dua kali lipat dari harga tiket masuk Candi Borobudur untuk turis lokal.
Menurut Luhut, penetapan harga tiket masuk Candi borobudur sebesar Rp 750.000 perlu dilakukan untuk membatasi jumlah kunjungan. Ia menargetkan, dengan tiket masuk Borobudur yang baru, jumlah kunjungan wisatawan ke candi Budha itu 1.200 orang per hari.
Rencana kenaikan tarif tiket naik ke Candi Borobudur itu pun langsung menuai beragam komentar dari masyarakat. Publik menilai kenaikan tarif untuk wisatawan domestik menjadi Rp750.000 sangat memberatkan dan tidak masuk akal.
Baca juga: Waspada Paparan Racun Pestisida Pada Anak
Kenaikan Belum Diumumkan
Direktur Marketing Badan Otorita Borobudur Agus Rochiyardi mengatakan kenaikan tarif tiket naik Candi Borobudur sampai sekarang memang belum diumumkan secara resmi. Menurut Agus nantinya akan dibentuk lembaga untuk mengkaji kebijakan tersebut.
“Masalah harga memang sangat relatif ya, bisa dikatakan murah atau mahal, tergantung pengunjungnya siapa. Tapi kalau nanti ada desakan dari masyarakat terkait harga, maka nanti dari BLU akan mempertimbangkan atau mengkaji kembali,” kata Agus.
Agus menjelaskan bahwa sebelum pandemi Covid-19 pengelola Candi Borobudur mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke sana mencapai 3,8 juta pengunjung. Kini, untuk melindungi bangunan candi, kuotanya hanya dibatasi hingga 1.200 orang saja per hari.
Di sisi lain, pasca pandemi Covid-19, ia mengatakan, ada perubahan perilaku wisatawan. Ia menyebut wisatawan sekarang cenderung memilih untuk staycation atau berwisata ke tempat yang lebih dekat, dan secara berkelompok baik dengan keluarga ataupun teman. Selain itu, masyarakat sekarang juga cenderung memilih wisata yang berkelanjutan.
“Untuk wisata yang berkelanjutan ini tentu diharapkan agar selalu dipikirkan kondisi alam wisatanya. Makanya sekarang di tempat-tempat wisata banyak dikembangkan transportasi atau kendaraan listrik,” tambahnya.
Baca juga: BPJS Kesehatan Surakarta Buka Layanan Di Mal Pelayanan Publik Sukoharjo
Terlalu Mahal
Sejumlah komentar yang menyatakan ketidaksetujuan atas rencana kenaikan tarif tiket naik Candi Borobudur yang mencapai Rp750.000 disampaikan Sobat Solopos pada program Dinamika 103, Selasa (7/6).
Anda Danukusuman mengatakan, “Saya sangat tidak setuju. Sangat memberatkan kalau tiketnya Rp750.000, kasihan rakyat yang penghasilannya pas-pasan. Lebih baik dibatasi jumlah pengunjung tiap harinya biar nggak umpel-umpelan.”
Sementara menurut Nur Syamsiah, “Kalau menurut saya ada kenaikan wajar. Tapi disertai fasilitas juga, jadi kalau 750 ribu, plus menginap di hotel, transportasi buat keliling plus makan juga. Pasti tidak banyak yang protes. Karena memang itu kan situs budaya yang langka. Tapi harus ada pilihan lain, misal buat masyarakat bawah ya sekitar Rp100 ribu atau Rp150 ribu, dengan fasilitas mobil keliling dan pemandu wisatanya tidak bayar lagi.”
“Saya tidak setuju dengan wacana kenaikan bea masuk kawasan Candi Borobudur Rp50.000 dan kalau naik candi Rp750.000. Otomatis akan sepi pengunjung. Kasihan yang punya usaha di sekitar kawasan Candi Borobudur,” kata Sriyatmo.
Pendapat senada disampaikan Agus dari Laweyan, Solo, “Saya kurang setuju, karena untuk masyarakat kita sendiri atau wisatawan lokal, harga tersebut terlalu tinggi. Apalagi pengunjung Candi Borobudur dari semua lapisan masyarakat yang kebanyakan dari daerah-daerah yang pendapatannya hanya pas-pasan.”