RadioSolopos – Beberapa pekan belakangan ini, permainan lato-lato menjadi viral dan digandrungi banyak kalangan di Indonesia. Tidak cuma anak-anak, orang dewasa pun banyak yang penasaran dan akhirnya gemar memainkan lato-lato. Saking viralnya, permainan ini sudah ada versi digitalnya untuk dimainkan secara online melalui ponsel pengguna.
Sebagian kalangan orang tua menyambut baik keberadaan mainan klasik ini karena dinilai mampu sejenak menghindarkan anak-anak dari gadget, dan membawa sejumlah dampak positif lainnya.
Di sisi lain, tidak sedikit pula orang tua bahkan pihak sekolah yang melarang permainan ini sebab dinilai berbahaya, karena menyisakan luka memar bahkan ada yang mengalami kebutaan akibat bola lato-lato membentur matanya.
Tema ini dibahas dalam program Dinamika 103 pada Jumat (13/1/2023) pagi tadi. Dari hasil pooling yang dilakukan di Instagram story @solopos.fm, ternyata 75% dari Sobat Solopos yang ikut pooling memandang lato-lato itu negatif. Seperti yang disampaikan Nur Syamsiah melalui pesan whatsapp Radio Solopos yang menyatakan cukup terganggu dengan suara bising ketika ada yang bermain lato-lato. “Kalau anak-anak bermain bareng dan tidak ada yang mengawasi itu berbahaya, khawatir terkena mata atau bagian tubuh yang lain. Ditambah kalau dibawa ke sekolah bisa mengganggu konsentrasi. Menurut saya lebih banyak mudharat daripada manfaatnya,” papar Nur.
Sedangkan Indri memberikan pendapatnya dari dua sisi baik positif maupun negatif. “Sisi positifnya, bermain lato-lato bisa melupakan sejenak gadget sedangkan negatifnya jika tidak berhati-hati dan sembrono akan sangat berbahaya,” kata Indri.
Sementara Hening Widyastuti, praktisi psikologi yang dihadirkan sebagai narasumber di program ini menyatakan munculya lato-lato adalah fenomena siklus kehidupan yang terjadi karena kejenuhan masyarakat dengan permainan gadget. “Bagi anak-anak ini adalah pengalaman baru yang bisa menjadi hiburan. Sisi positifnya bisa melatih motorik dan daya konsentrasi anak. Mereka bahagia dan bisa membangun interaksi sosial,” jelasnya.
Baca juga : Squid Game Raih 14 Nominasi Emmy
Hal yang sama juga disampaikan psikolog UGM Prof Drs Kuncoro yang mengatakan bahwa lato-lato dapat mengurangi ketergantungan anak pada gadget. “Segi positifnya ketergantungan anak pada handphone (HP) jadi berkurang. Dulunya waktu untuk main HP sekarang ke lato-lato,” jelasnya dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Selasa (10/1/2023).
Hanya memang, lanjut Indri, seperti halnya juga permaianan yang lain, untuk anak di bawah usia 10 tahun perlu ada pengawasan dari orang dewasa.
Dari sejarahnya, lato-lato sendiri berasal dari bahasa Bugis. Permainan yang berasal dari daerah Makassar yang disebut dengan nama katto-katto. Cara memainkannya cukup sederhana, yakni dengan menggoyangkan dan menyeimbangkan kedua bola dengan tali lalu dimainkan dengan membenturkan bola dengan cepat.
Demam lato-lato memang sedang melanda. Aksi permainan ini tidak hanya dimainkan oleh kalangan masyarakat saja, melainkan para pejabat pemerintah seperti Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut serta memainkannya dan diunggah di akun Instagram resmi milik Ridwan Kamil.
Baca juga : Cara Aman Lindungi Anak dari Pengaruh Buruk Gadget