Radio Solopos — Komunitas Yuk Belajar Seni (YBS) menghadirkan program unggulan bertajuk Jejak Kawruh, yang akan dilaksanakan 23-27 September 2025 mendatang di SDN 02 Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Mengusung semangat “Seni untuk Semua”, program ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seni yang menyenangkan, edukatif, dan berdampak langsung bagi anak-anak serta komunitas desa yang menjadi mitra kegiatan.
Koordinator Program Jejak Kawruh, Wisnu Triwibowo, mengatakan Jejak Kawruh bukan sekadar pelatihan seni tetapi merupakan gerakan pendidikan budaya yang menempatkan seni sebagai sarana penguatan karakter, pelestarian tradisi, dan pengembangan potensi lokal.
Kegiatan ini, kata dia, menjadi bagian dari komitmen YBS untuk memperluas akses pendidikan seni ke daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), dengan pendekatan yang inklusif, kolaboratif, dan berbasis komunitas.
“Jejak Kawruh akan melibatkan berbagai unsur, mulai dari siswa dan guru sekolah dasar, orang tua, seniman lokal, relawan muda, hingga komunitas kesenian di Soloraya. Beragam aktivitas dirancang untuk menjawab kebutuhan penguatan seni dan budaya secara menyeluruh, sekaligus menjadi wahana bermain dan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak di daerah yang belum banyak tersentuh pendidikan seni formal,” katanya seperti dikutip Radio Solopos dari rilisnya, Rabu (20/8/2025).
Ia menjelaskan, selama lima hari pelaksanaan, peserta akan mengikuti berbagai kelas kreatif yang dikemas secara tematik.
Kelas ecoprint misalnya, akan memperkenalkan teknik pencetakan alami dari daun dan bunga pada kain, sekaligus mengenalkan prinsip keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Kelas tari tradisional menghadirkan pengenalan gerak, cerita, dan nilai filosofis dari tarian lokal sebagai bagian dari upaya menumbuhkan identitas budaya sejak dini.
“Anak-anak juga diajak bermain musik menggunakan alat-alat daur ulang melalui kelas perkusi kreatif, menciptakan bunyi-bunyian sekaligus menstimulasi ekspresi musikal mereka,” lanjut Wisnu.
Tak kalah menarik, sesi pembuatan wayang sampah mengajarkan anak-anak untuk membuat tokoh pewayangan dari bahan bekas sebagai media bercerita dan mendaur nilai kearifan lokal.
Di sisi literasi visual, kegiatan mural tematik akan dilakukan bersama-sama di dinding sekolah, dan koleksi buku seni serta budaya akan ditambahkan di perpustakaan sekolah agar pembelajaran seni dapat terus dilanjutkan setelah program selesai.
Wisnu Triwibowo menjelaskan, tujuan utama program ini adalah menempatkan seni sebagai bagian yang hidup dan relevan dalam keseharian anak-anak.
Menurutnya, seni bukan hanya pelengkap dalam pendidikan, tetapi bagian penting dalam pembentukan kepekaan sosial, imajinasi, dan keberanian berekspresi.
“Kami ingin membangun ruang belajar yang membebaskan dan menyenangkan. Melalui Jejak Kawruh, anak-anak bisa mengalami seni secara langsung—menyentuh, merasakan, mencipta, dan bercerita,” ujarnya.
Ia menambahkan keberlanjutan adalah fokus utama YBS, sehingga kegiatan ini juga dirancang untuk memberikan pelatihan kepada guru dan membuka dialog dengan orang tua agar ekosistem berkesenian bisa terus tumbuh secara mandiri di desa.
Pemilihan SDN 02 Tarubatang sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan.
Sekolah ini telah menjadi mitra program Jejak Kawruh sejak tahun 2023 dan dinilai memiliki semangat dan potensi besar dalam mendukung pendidikan seni bagi anak-anak.
Dukungan kepala sekolah, guru, dan warga desa menjadi modal sosial yang penting dalam keberhasilan program sebelumnya.
Oleh karena itu, YBS kembali memilih sekolah ini sebagai bentuk kesinambungan program dan penguatan kapasitas komunitas lokal.
Sejak berdiri pada tahun 2019 di Surakarta, Yuk Belajar Seni (YBS) telah aktif menjalankan berbagai kegiatan pengajaran seni dan budaya di wilayah terpencil.