SoloposFM– Situasi politik nasional belakangan ini memanas, dan menggosok kembali hubungan panas-dingin antara SBY dan Jokowi. Jika dilihat, “persinggungan politik” antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo bukan kali ini saja terjadi.
Tercatat, sudah lima kali keduanya saling bersinggungan. “Pertama, saat ‘Tour de Java SBY’ pada sekitar Maret 2016. SBY mengkritik pemerintah yang menghambur-hamburkan anggaran untuk infrastruktur. Kritik SBY, dibalas Jokowi secara simbolis. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lantas pergi ke Kompleks Hambalang di Bogor, Jawa Barat.
Jokowi datang untuk melihat langsung proyek mangkrak pada era kepresidenan SBY, yang kini kasusnya tengah diusut Komisi Pemberantasan Korupsi.
Persinggungan selanjutnya, yakni keputusan Komisi Informasi Publik (KIP) yang meminta agar dokumen tim pencari fakta kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dibuka.
Ketiga adalah terkait aksi 4/11 termasuk kemudian memunculkan reaksi Ibu Ani yang menyatakan tidak ada DNA penyebab kebencian dan kerusuhan pada kekuasaan SBY.
Keempat adalah isu hoax, terutama dipicu oleh kicauannya SBY waktu itu, yang sebut seolah ada perkubuan antara Istana dan rakyat, dan mereka yang lemah pada sisi lain. Yang terakhir terkait isu dugaan penyadapan yang dilontarkan SBY dalam pernyataan kepada awak media, pekan lalu.
Masyarakat menilai beragam soal hubungan yang terkesan panas dingin antara SBY dengan penerusnya yakni Joko Widodo ini. Warga Mojoasri, Mojosongo, Elly menilai para pejabat seharusnya bisa menjadi contoh bagi masyarakat. “Mestinya seorang negarawan harus memberi contoh yang baik pada rakyat, yang legowo saling bantu. Seperti pak Habibie, walau lulusan luar negeri, namun bisa dicontoh.”
Sementara warga Sragen, Sri berharap hubungan kedua negarawan itu mendingin apabila kedunya bersedia duduk bersama, “Sebenarnya sudah sejak lama keadaan ini terjadi, terus menurun sampai ke anak kesayangan. Di pihak ini kritikan mengena dan di sisi lain suka curhatan, sensitif dan ngambekan. Walau suatu saat bisa duduk satu meja, hanyalah simbolis belaka.”
Lain lagi pendapat warga Kalijambe Sragen, Heryanto. Dalam pesan singkatnya dalam Dinamika 103, Rabu (8/2/2017) dia menyayangkan bahwa para pejabat negara saling melakukan adu sindiran.
Pembahasan diatas telah diudarakan dalam Dinamika 103 edisi Rabu (8/2/2017). Berbagai tema terhangat disajikan dan dibahas dalam Dinamika 103 yang tayang Setiap senin-Sabtu pukul 08.00-09.00 WIB di Solopos FM. Masyarakat dapat berpartisipasi melalui SMS/WA 081226103103 atau telpon 0271-739367/739389.
[Dita Primera]