SoloposFM–Wisata kuliner memang diminati banyak orang. Mulai dari kuliner biasa hingga kuliner unik dan ekstrem. Salah satu tempat kuliner ekstrem di Indonesia adalah Indonesia bagian timur. Didukung dengan alamnya yang mempesona menikmati kuliner dari Indonesia timur ini akan semakin nikmat.
Melansir detiktravel.com Papua yang kehidupan masyarakatnya masih kental dengan alam, memiliki kuliner ekstrem bagi yang tak terbiasa. Seperti apa kuliner ekstrem asal Indonesia timur ini? Berikut untuk Anda :
1. Ulat sagu
Ulat sagu adalah camilan warga Papua dan Maluku. Ulat ini diambil dari pohon-pohon sagu di hutan rimba. Warnanya putih dan besarnya seperti ukuran jempol orang dewasa. Tak seperti kelihatannya yang sedikit geli, ulat ini punya rasa yang enak!
Salah satu penikmat makanan ini adalah Suku Kamoro di pedalaman Timika, Papua. Ulat sagu kadang disajikan dalam perjamauan ketika mereka menerima tamu. Wanita dewasa Suku Kamoro biasa menyajikan kuliner ini di satu nampan besar. Ukuran ulat sagu bisa mencapai jempol orang dewasa. Di ujung badannya, ada warna merah sebagai kepala. Konon, ulat ini dipercaya memiliki protein tinggi.
Ini adalah makanan sehari-hari di sana. Ulat ini diambil dari pohon sagu. Uniknya, ada dua cara untuk memakan ulat sagu ini, yaitu dimakan mentah-mentah dan juga dimakan setelah dimasak. Rasanya pun berbeda. Akan tetapi, ada satu hal penting sebelum memakan ulat sagu. Kepalanya harus dibuang sebab keras.
Saat dimakan mentah-mentah, ulat ini masih bergerak-gerak di tangan. Ada cairan yang keluar dari badannya. Setelah membuang kepalanya, ulat ini masih bergerak. Saat dikunyah, rasanya kenyal, asam, dan tawar. Akan tetapi, rasa asam lebih mendominasi di dalam mulut ini. Cairan di dalam ulatnya pun makin berasa.
Sedangkan ulat sagu yang dimasak dan kemudian dibungkus dengan lipatan pohon pisang bersama sagu sebagai tambahannya, memerlukan waktu sekitar setengah jam agar matang. Rasa yang dihasilkan pun berbeda. Setelah dimasak ulat sagu terasa lebih nikmat dan gurih.
Lebih kriuk dan tidak terasa asam. Kulitnya yang terpanggang justru membuta siapa pun yang mencoba jadi ketagihan. Ulat akan terasa lebih nikmat saat dimakan bersama sagunya, inilah cemilan khas dari Papua.
Sementara di Maluku, ulat sagu dimasak dengan rasa yang lebih nikmat. Mereka menambah bumbu dan rempah-rempah lain seperti rica-rica. Sehingga ulat sagu di Maluku lebih kaya rasa daripada di Papua
2. Cacing Tambelo
Bentuknya seperti cacing tetapi berkulit putih, memiliki taring, lembek dan berlendir adalah ciri-ciri dari cacing tambelo. Konon, cacing ini memiliki banyak khasiat untuk tubuh.
Cacing yang memiliki nama latin Bactronophorus thoracites ini termasuk ke dalam jenis moluska. Cacing ini tidak berada di dalam tanah, melainkan hidup di batang pohon yang sudah busuk oleh air laut.
Tambelo bisa bertumbuh panjang sampai 30 cm. Namun ukuran badannya ini akan tergantung dari banyaknya populasi di satu tempat. Semakin banyak tambelo yang hidup maka ukuran tubuhnya akan semakin pendek.
Untuk menemukan cacing tambelo, Anda bisa terlebih dulu bertemu Suku Kamoro di kawasan Timika, Kabupaten Mimika. Atau, suku-suku lainnya seperti Suku Agats yang menempati daerah pesisir di sepanjang kabupatennya. Karena cacing tambelo sudah menjadi camilan dari suku-suku tersebut.
Biasanya mereka menyantap makanan ini ketika sedang berburu di dalam hutan. Serta, tak sungkan untuk menghidangkannya kepada turis yang datang.
[Nicken Kharisma]