SoloposFM, Obesitas adalah kondisi lebih berat dari kelebihan berat badan. Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebih karena ketidak seimbangan asupan energi dalam waktu lama, dimana asupan energi leboh dari energi yang digunakan.
Obesitas bisa kita kenal dengan kegemukan, bukan hanya sekedar masalah tingginya lemak dalam tubuh, namun bisa meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit kronik yang mengintai dimasa depan, dari mulai hipertensi, diabetes mellitus, serangan jantung, stroke, beberapa jenis kanker, bahkan hingga masalah sendi.
SoloposFM membahasnya lebih dalam di Bincang Sore Gizi, Rabu (6/4/2022). Hadir sebagai narasumber Devita Arviani, AMG, ahli gizi dari persatuan ahli gizi Indonesia (Persagi) Surakarta.
Baca juga : Sambut ShopeePay Big Ramadan Deals, Ririn Ekawati Beberkan Kiat Seru Jalani Puasa Bersama Keluarga
Apa Itu Obesitas?
Seseorang dikatakan obesitas apabila memiliki indeks masa tubuh (IMT) lebih dari 30, sedangkan yang memiliki indeks masa tubuh normal adalah 18.5-24.9. Untuk mengetahui indeks masa tubuh, yang kita butuhkan adalah berat badan dan tinggi badan. Setelah itu masukan dalam rumus BB (kg)/ TB (m)2.
“Apakah ini bisa menggambarkan lemak dalam tunuh kita? Tentu tidak bisa karena ini hanya didasarkan antara berat badan dan tinggi badan, sedangkan tidak memperhatikan daripada komposisi tubuh. Contohnya pada binaragawan, kalau kita melihat binaragawan dia memiliki raiso berat badan dari tinggi badan sangat tinggi, karena tubuhnya ini memliki otot yang sangat besar, namun tidak memiliki banyak lemak, sedangkan lemaknya sangat sedkit. Kita bisa melihat dari ototnya yang sixpack, perutnya sangat tipis. Maka sebenarnya kalau binarawan diukur IMTnya akan masuk dalem kategori obesitas, karena berat badan tinggi dibanding dengan tinggi badannya. Padahal dia memilki tahun yang sehat, karena memiliki sedkit lemak,” papar Devita.
Maka untuk itu selain menggunakan IMT, juga bisa menggunakan lingkar pinggang. Kita bisa melakukan pengukuran yang sederhana menggunakan meteline. Dengan cara mengukur lingkar pinggang melewati pusar.
Pada wanita batas normal kurang dari 80 cm lebih dari 80 dikatakan obes, sedangkan untuk pria dikatakn obes lebih dari 90 cm. Kita bisa menjadikan patokan selain menggunaka imt juga bisa menggunakan lingkar pinggang.
Baca juga : Sedang Penat di Tengah Kesibukan? Ini Lima Cara untuk Berikan Kekuatan Super Menjalani Side Hustle
Konsekuensi obesitas
Obesiats bisa menimbukan resiko sejumlah penyakit kronik, mulai dari hipertensi, jantung koroner, hingga struk.
“Kita sudah tahu untuk penyakit tersebut terjadi karena penyumbatan darah. Yang diakibatkan karena penumpukan plat lemak dipembuluh darah. Maka dari itu apabila kita mengalami obesitas, maka kolesterol akan tinggi karena lemak banyak,” ungkapnya lebih lanjut.
Resiko berikutnya adalah diabetes melitus tipe 2 atau yang biasa kita sebut kencing manis, diakibatkan karena resistensi insulin.
“Insulin merupakan hormon yang bekerja dalam memindahkan glokusa dari darah menuju ke sel. Tujuannya untuk bisa digunakan sebagai sumber metabolisme yang akan menghasilkan energi. Pada DM tipe 2 terjadi yang namanaya insulin, insulin ini tidak bisa bekerja secara maksimal di sel target, jadi glokusa tidak bisa masuk ke dalam sel, akhirnya glokusa menumpuk ke dalam darah menyebabkan DM tipe 2 yang nantinya gula bisa keluar melalui air kencing. Maka disebut dengan kencing manis, dan bisa menyebabkan lemas karena banyak gula di dalam darah tapi tidak bisa masuk ke sel yangn akan dirubah menjadi energi,” jelas Devita.
Obesitas juga bisa menyebabkan kanker sepeti kanker leher rahin atau CA cervix, kanker payudara pada wanita, kanker ovarium. Dalam sistem pencernaan seperti seperti kanker rektum, kanker usus besar, kanker pankreas. Maka dari itu, dengan menjaga berat badan ideal bisa mencegah terjadinya penyakit tersebut.
Penyebab obesitas
Sejumlah faktor mempengaruhi potensi seseorang bisa mengalami obesitas. Yaitu :
- Faktor keturunan atau genetik.
- Faktor lingkungan dan gaya hidup.
Faktor lingkungan contohnya sering konsumsi makanan berminyak, olahan santan, makanan tinggi gula, tinggi garam, dan kurangnya konsumsi sayur dan buah.
Jadwal makan yang tidak teratur, contoh tidak sarapan pagi sehingga menambah porsi makan siang dan makan malam jadi ebih banyak sering ngemil/kudapan
- Faktor aktifitas fisik
Kurang gerak atau terlalu banyak aktivitas sendentari seperti kerja di depan komputer, main game, nonton tv, lebih memilih naik lift daripada naik tangga tanpa melakukan aktifitas fisik lebih dari 2 jam perhari
- Penggunaan obat obatan tertentu( sejenis steroid)
- Faktor psikologis, stress yang dilampiaskan dengan makan
Cara Mengantisipasi
Obesitas bisa diatasi dengan mengatur pola makan diet yang aman dan sehat. Diet tersebut tetap menerapkan gizi seimbang. Tetap mengkonsunsi makan dengan karbohidrat, protein, lemak, vitamin tetapi sesuai porsi dan jadwal. Diet yang optimal tidak ditempuh dengan instan/ kilat.
“Caranya dengan mengatur pola makan dengan pengurangan energi 500-1500 kkl dari kebutuhan energi harian. Kurangi konsumsi karbohidrat komplek seperti nasi, roti, jagung. Hindari karbohidrat sederhana seperti gula, madu, kue kue manis, cokleat, selai. Kurangi konsumsi makana lemak seperti makan gorengan, santan kental, mentega, margarin, jeroan,” jelas Devita.
Buat pola makan dengan pola piring T (bikin pola makan menyerupai huruf T, caranya konsumsi sayur dua kali lipat jumlah karbohidrat karena dengan banyak konsumsi sayuran berserat maka pernyerapan karbohidrat, lemak, protein menjadi berkurang dan serat memberikan rasa kenyang lebih lama.
Contoh sayuran yang banyak mengandung serat adalah bayam,kangkung, sawi kol. Konsumsi protein sama dengan jumlah karbohidrat tidak boleh melebihhi sayur. Usahakan konsumsi protein rendah lemak seperti ikan dan sayur. Hindari buah yang tinggi kalori seperti durian, mangga ,alpukat. Konsumsi minya direkomendasikan 3-4 sdt per hari.
Usahakan memilih lemak tak jenuh seperti minyak zaitun. Setelah mengatur jumlah kalori masuk lewat pola makan, atur kalori yang digunakan lewat aktivitas fisik. Lakukan aktivitas fisik 30 menit perhari. Untuk obesitas harus diperhatikan jenis latihan aktivitas fisik.
Hindari melakukan aktifitas yang dapat menimbulkan cidera. Seperti jalan cepat, joging, dan renang. Yang Harus diperhatikan adalah kenali emosi makan, hindari mengalihkan emosi pada saat marah atau stress dengan makan. Makan pada saat makan, bukan pada saat lapar mata. Atur pola tidur dan istirahat.
Jadi prinsip pengolahan obesitas mengatur keseimbangan energi, energi yangmasuk harus lebih rendah dari energi yang dibutuhkan, tetapi tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi. Supaya diet lebih aman, konsultasikan ke dokter/ahli gizi.