SoloposFM, Bantuan sosial (bansos) mulai siap ditebar seiring kian dekatnya persiapan kontestasi pemilu 2024. Itu bukan bansos dari pemerintah, melainkan disebut-sebut dari politikus elite partai. Salah satunya ada kantor DPC PDIP Solo.
Bantuan sosial (bansos) tersebut adalah program lanjutan setelah sebelumnya ada bansos hampir serupa plus vitamin kepada ribuan warga yang menjalani isolasi mandiri. Ada pula bansos sejenis untuk warga terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4. Sedikitnya 7.000-an paket telah disebar.
Sebelumnya warga di sejumlah daerah disuguhi baliho tokoh politik yang terpampang di sudut-sudut kota. Pro kontra pun akhirnya muncul. Sejumlah pihak menuding aksi “nampang” para politikus itu hanya mencari popularitas untuk bekal Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti.
Sah-sah Saja
Tudingan keras pun sempat muncul saat pemasangan baliho tokoh politik di tengah pandemi Covid-19 dianggap melukai hati nurani masyarakat. Menurut pengamat politik Universitas Negeri Semarang (Unnes) Cahyo Seftyono, metode kampanye dengan memakai baliho sejatinya sah-sah saja jika dilihat sebagai strategi politik. Sangat elegan lagi, jika baliho itu di desain lebih edukatif dan inovatif, sehingga akan lebih mengena di hati masyarakat.
Sayangnya, tambahnya, di saat kondisi masyakarat yang tengah dilanda pandemi, baliho yang dipasang terkesan monoton. Strategi kampanye yang tak tepat, menurut Cahyo, akan berpotensi memunculkan antipati kepada tokoh tersebut. Hal tersebut seharusnya sudah disadari oleh tim kampanye di partai-partai tersebut.
Baca juga : Antisipasi Pancaroba, BMKG Jateng : Cuaca Terik Pagi Hingga Siang, Sorenya Potensi Hujan
Opini Sobat Solopos
Sobat Solopos dalam program Dinamika, Kamis (16/09/2021), mayoritas mengaku pemberian Bansos tersebut tidak akan efektif menarik simpati masyarakat. Sebanyak 86% Sobat Solopos sepakat gambar di wadah Bansos tidak akan memperngaruhi tingkat simpati masyarakat. Sementara 14% sisanya mengaku hal itu akan efektif.
Berikut sejumlah opini mereka :
“Tidak efektif. Sebanyak apapun bansos disebar saat ini nantinya akan kalah dengan Bansos di detik-detik terakhir atau serangan fajar,” ungkap Sulung.
“Bansos bergambar tokoh politik, ya silakan saja. Ya asal dhuwit yang digunakan duwitnya sendiri. Jangan memanfaatkan jabatan untuk memperoleh fasilitas, terus membagi bansos bergambar dirinya. Disinilah karakter kejujuran diuji. Dia itu bohong apa tidak,” tulis Ardi di Sukoharjo.
“Saya dan keluarga tidak pernah dapat Bansos dari caleg partai apapun. Karena kami bukan bukan kader, pengurus/simpatisan partai tertentu. Jadi bodo amat dengan urusan-urusan Bansos dan apapun yang mereka lakukan untuk menarik simpati,” papar Sriyatmo.
“Menurut saya tidak efektif bansos atau gambar baliho/MMT karena mereka punya tujuan tertentu dibalik itu semua. Lebih baik kalau mau bantu masyarakat dari uang pribadi dan tidak perlu dengan memasang MMT/ baliho,” ungkap Priyanto Sasongko.
“Tidak efektif. Tapi terima saja apapun itu bantuannya. Tapi harus dipertanyakan dari mana dana bansos tersebut? Ada pihak yang diuntungkan dalam memaanfaatkan moment seperti ini untuk menarik massa,” tulis Ahmad Sanusi.
“Para politikus harus mulai belajar bahwa ketulusan itu penting. Karena sudah sejak lama politikus selalu punya kepentingan dalam amal amalnya. Dan itu sangat tidak mudah,” ungkap Burhan di Solo.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]