SoloposFM-Festival Payung Indonesia (FPI) merupakan event tahunan yang paling ditunggu-tunggu oleh semua masyarakat Kota Solo dan sekitarnya. Festival payung biasanya melibatkan semua pengrajin payung yang berasal dari daerah ataupun mancanegara. Payung yang dipamerkan pada acara FPI ini memiliki variasi yang berbeda-beda setiap tahunnya. Kebanyakan orang biasanya hanya mengetahui bahwa payung berfungsi untuk pelindung hujan dan sinar matahari. Bukan hanya itu saja, namun fungsi payung juga bisa menjadi bagian upacara kerajaaan di Solo dan bagian seni budaya yang patut dilestarikan. Mengulas tentang hal tersebut , seperti sekarang ini payung tradisional dari berbagai daerah hampir punah karena pengrajin makin sedikit. Maka untuk itulah, dengan adanya Festival Payung Indonesia merupakan salah satu upaya pelestarian payung tradisional yang hampir punah seperti sekarang ini.
Berikut ini beberapa macam-macam payung yang berasal dari berbagai daerah, yang dikutip dari berbagai sumber (12/9/2017):
Payung Geulis
Payung geulis adalah kerajinan asli Tasikmalaya dan sangat melekat dengan sejarah Tasikmalaya sejak zaman dahulu. Oleh karena itu, payung geulis mejadi salah satu maskot Tasikmalaya dan sebagai salah satu payung yang dipamerkan pada acara Festival Payung Indonesia (FPI). Payung Geulis memiliki arti payung cantik yang bernilai estetis.
Payung yang sering dianggap sebagai simbol Tasikmalaya ini hanya difungsikan sebagai pelindung sinar matahari saja, karena terbuat dari rangka kayu dengan penutup dari kertas bermotif bunga.
Payung Kalibagor
Kerajinan payung kertas Kalibagor, Kabupaten Banyumas menjadi salah satu payung yang dipamerkan pada ajang Festival Payung Indonesia (FPI). Kerajinan payung kertas Kalibagor merupakan simbol cinderamata khas Banyumas dan sekarang ini menjadi kerajinan yang paling terkenal di Desa Kalibagor.
Payung kertas Kalibagor memilki dua macam, yakni prah dan menuran. Payung menuran biasanya dimanfaatkan sebagai peneduh bagi orang meninggal saat diantar ke makam. Sedangkan payung prah dipakai untuk nisan di makam. Dalam perkembangannya, payung kertas juga dimanfaatkan untuk peralatan pentas bagi siswa. Ada pula yang sengaja menjadikan sebagai barang koleksi.
Payung Songsong
Payung songsong atau payung adat merupakan payung kebesaran yang digunakan bangsawan keraton Yogyakarta dan Solo. Payung songsong ini juga menjadi salah satu payung yang dipamerkan pada ajang Festival Payung Indonesia (FPI). Payung ini memiliki bentuk, ukuran, warna, dan memiliki istilah tersendiri sesuai pangkat penggunanya. Misalnya, orang keraton yang tinggi jabatannya, memiliki payung bertingkat dua atau tiga. Payung tradisi masih bertahan hingga kini sebagai perlengkapan upacara adat.
Payung Juwiring
Kecamatan Juwiring di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pernah dikenal di nusantara sebagai daerah penghasil payung, seperti halnya Tasikmalaya. Warga di tiga desa di Juwiring, yakni Kwarasan, Tanjung, dan Kenaiban hampir seluruhnya terlibat pekerjaan produksi payung, dari mulai memotong bambu, membuat rangka, menyulamnya dengan benang, hingga melukis payung.
Payung Juwiring ini berbahan kain dengan warna-warna cerah. Gagangnya dari kayu dengan rangka bambu. Sebagian payung memiliki dua dan tiga tingkat serta dilengkapi ornamen warna keemasan. Desain dan corak juga khas sehingga bisa langsung dipastikan payung tersebut buatan dari Juwiring. Biasanya payung tersebut berfungsi untuk keperluan payung kematian, ritual acara adat seperti ngaben, untuk dekorasi pernikahan dan panggung, pesanan kraton, hotel, kafe.
[Lintain Mustika]