SoloposFM–Wajah polos Aditya Fadilah (4 tahun), balita asal Palembang yang biasanya menyunggingkan senyum itu kini tiada lagi. Senyumnya kini tinggal kenangan di benak keluarga dan tetangganya. Balita itu meninggal akibat disiksa ibu kandungnya Siska (23).
Permasalahannya terbilang sepele, Aditya menangis saat ibunya tengah mencuci di rumah kontrakan mereka. Awalnya bocah tidak berdosa itu dipukul, selanjutnya digigit hingga lengannya berdarah. Siska berharap perlakuan itu bisa membuat anaknya diam, namun tangis Aditya semakin menjadi-jadi.
Siska pun kembali menendang ulu hati buah hatinya itu. Gara-gara itu, Aditya lantas mengalami demam tinggi. Malam harinya, Aditya sempat mengiba kepada ibunya bahwa dia sakit, “Bunda, adek sakit” katanya. Mendengar itu, Siska kemudian membelikannya obat penurun panas. Usai minum obat, Aditya pamit untuk tidur. Tidurnya Aditya ternyata untuk selamanya. Dia menghadap Ilahi dengan wajah tersenyum. Hal itu terlihat saat polisi menemukannya. Aditya meninggal dengan posisi tidur miring dan wajahnya tersenyum.
“Saat kami melihat pertama, wajah korban tersenyum. Tapi alangkah terkejutnya, setelah tim membuka bajunya, sekujur tubuhnya penuh bekas luka dan lebam-lebam. Hati saya benar-benar teriris melihat kondisi korban setelah mengetahui jika dia meninggal karena siksaan ibu kandungnya sendiri,” kata Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Maruly Pardede kepada detikcom.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI): Hukum berat pelaku
Menanggapi kasus tewasnya Aditya, Wakil Ketua KPAI Susanto mengatakan, pelaku harus mendapatkan pemberatan hukuman. Dirinya juga mengecam keras perilaku orang tua yang tega melakukan kekerasan kepada anak hingga meninggal dunia.
KPAI mengapresiasi kinerja polisi yang cepat mengungkap dan meringkus pelaku. Namun polisi jangan berhenti sampai di situ, kasus ini harus diusut tuntas.
“Ini perilaku yang tak bisa ditolerir. Aparat hukum harus memberikan hukuman seberat-beratnya,” ujarnya.
Ditambahkan Susanto, KPAI sangat prihatin dengan meninggalnya Aditya di tangan ibu kandung sendiri. Dalam catatannya,tidak sedikit kasus orang tua yang menjadikan anak obyek pelampiasan. Entah itu karena masalah pribadi, keluarga, ekonomi dan lainnya.
Baca juga: Ini Wajah Lucu Aditya, Balita yang Disiksa Ibunya Hingga Tewas
Kasus ini, lanjut Susanto, harus menjadi momentum penguatan pengasuhan. Pola pengasuhan positif harus menjadi gerakan nasional. Bukan hanya bagi orang tua yang memiliki anak, namun juga bagi calon mempelai yang akan menikah.
“Menikah itu bukan semata untuk memiliki keturunan, namun harus memiliki keterampilan mengasuh keturunan,” imbuhnya.
[Dita Primera]