SoloposFM – Sejumlah wilayah di Soloraya rawan mengalami kekeringan dan krisis air bersih pada musim kemarau ini. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pun telah memetakan sebaran daerah yang rawan krisis air bersih saat musim kemarau ini.
Di wilayah Soloraya, beberapa wilayah yang rawan mengalami kekeringan dan krisis air bersih, seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sukoharjo.
Di Kabupaten Karanganyar, beberapa wilayah dipetakan menjadi langganan kekeringan karena berada di dataran tinggi atau perbukitan. Tujuh kecamatan dipetakan rawan kekeringan meliputi Jumantono, Jumapolo, Tasikmadu, Karangpandan, Gondangrejo, Kebakkramat, dan Jenawi.
Di tujuh kecamatan tersebut saat puncak musim kemarau warganya kesulitan mencari air bersih. Sebab sumber air seperti sungai dan bendungan mengering. Mereka mengandalkan pasokan air bersih yang disumbang para donator atau Pemkab Karanganyar.
Hampir sama dengan Kabupaten Karanganyar, di Kabupaten Boyolali juga ada sebanyak tujuh kecamatan yang rawan kekeringan pada musim kemarau. Tujuh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kemusu, Wonosegoro, Wonosamodro, Juwangi, Andong, Musuk, dan Tamansari.
Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Suherman, saat dijumpai Solopos.com di ruangannya, Selasa (12/7/2022) menjelaskan untuk mengatasi kekeringan, BPBD Boyolali menganggarkan 400 tangki air tiap tahunnya. Ratusan tangki tersebut akan disalurkan ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan.
Sementara di Sukoharjo, daerah rawan krisis air bersih terletak di bagian selatan, yakni Kecamatan Weru, Bulu, dan Tawangsari. Kondisi geografis wilayah Sukoharjo bagian selatan merupakan perbukitan gersang yang minim sumber air. Sementara debit air sumur menyusut drastis saat musim kemarau.
Kepala Desa Tawang, Kecamatan Weru, Maryanto, mengaku belum mengajukan permohonan bantuan air bersih ke BPBD Sukoharjo lantaran debit air sumur belum mengering. Debit air sumur diprediksi mengering pada Agustus atau September.
Melihat sebaran daerah rawan kekeringan dan krisis air bersih tersebut, diperlukan langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk mengantisipasinya.
Baca juga: Kasus-Kasus Pelecehan Mencuat, Psikolog: Banyak Pelaku Justru Orang Terdekat
Diprediksi Kemarau Basah
Kabid Penanganan Darurat BPBD Provinsi Jawa Tengah Dikki Rulli Perkasa mengatakan berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika wilayah Jateng memasuki musim kemarau pada bulan Juli sampai September mendatang.
“Saat ini kami juga memantau kondisi cuaca di mana terjadi anomali. Nah, melihat potensi seperti ini diprediksi musim kemarau pada tahun ini akan seperti tahun lalu yaitu kemarau basah,” kata Dikki.
Dikki juga mengatakan salah satu wilayah yang sudah mulai memasuki musim kering adalah wilayah Soloraya. Untuk sejumlah langkah mitigasipun telah dilakukan BPBD di wilayah-wilayah tersebut.
Ia menyebut mitigasi yang dilakukan BPBD, pertama melihat potensi-potensi daerah kekeringan, kedua menyiapkan sumber daya yang dimiliki, dan menyiapkan pola-pola penanganannya.
“Kalau di Soloraya kawan-kawan di Soloraya sudah punya pola baku penanganan. Salah satunya dengan sumur bor, untuk mengatasi jika terjadi kekeringan,” ungkapnya.
Dikki menambahkan bahwa BPBD juga melakukan sosialiasi pada masyarakat sebagai kewaspada masyarakat terhadap kekeringan krisis air di antaranya dengan melakukan edukasi kesiapsiagaan dan kewaspadaan, infomasi-informasi titik rawan dan pola-pola penanganan.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap bahaya kebakaran yang rawan terjadi saat musim kemarau.
Baca juga: Miles Tiller Bersiap Untuk Lanjutan Top Gun : Maverick
Mulai Menabung Air
Dari polling melalui aku Instagram Solopos FM @SoloposFMSolo, sebanyak 50% Sobat Solopos mengaku mulai “menabung” air sebagai antisipasi jika daerahnya dilanda kekeringan dan krisis air. Sedangkan 50% Sobat Solopos mengaku beruntung karena daerahnya bukan daerah rawan kekeringan.
Sejumlah komentar juga disampaikan Sobat Solopos dalam Dinamika 103, Jumat (15/7).
Di antaranya disampaikan Adit dari Solo, “Semoga bisa lebih diantisipasi untuk kekeringan tahun ini.”
Komentar lain disampaikan Diana dari Kartasura, “Daerah saya tidak termasuk daerah rawan kekeringan sih, tapi di daerah saudara saya di Wonogiri itu hampir tiap tahun mengalami krisis air. Kadang kalau air bantuan terlambat ya harus benar-benar irit pemakaian air.”
Sementara menurut Pras dari Solo, “Ini pentingnya membuat biopori, tidak hanya untuk daerah-daerah rawan kekeringan saja. Sehingga ketika musim kemarau tidak ada lagi daerah-daerah yang sampai harus mengalami krisis air.”
Baca juga: 6 Ide Side Hustle Buat Kamu yang Butuh Uang Jajan Lebih!