Radio Solopos – Ketua DPRD Jateng Sumanto mengingatkan masyarakat waspada dengan penjualan sapi glonggongan pada masa Idul Kurban tahun ini.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah diminta lebih gencar memantau penjualan hewan kurban agar masyarakat mendapatkan ternak berkualitas.
Sebagaimana diketahui, sapi glonggongan adalah sapi yang secara sengaja diberi minum air dalam jumlah banyak.
Tujuannya untuk menambah berat badan sapi secara instan serta meningkatkan nilai jual karena terlihat lebih besar atau berat.
Sumanto juga meminta para pedagang hewan tak menjual sapi glonggongan karena menyalahi prinsip-prinsip kurban dalam Islam.
“Dari laporan dinas, sampai sekarang belum ditemukan yang seperti itu. Mudah-mudahan para pedagang sadar karena hewan kurban juga mahkluk Tuhan yang perlu dijaga,” ujarnya saat menjadi narasumber dialog dengan tema “Siap Siaga Jelang Idul Adha” di Semarang, belum lama ini, seperti dikutip Radio Solopos dari rilisnya, Rabu (4/6/2025).
Sapi glonggongan sendiri memiliki sejumlah ciri-ciri. Di antaranya perut sapi membesar tidak normal, dan air keluar dari mulut serta hidung.
Saat hewan disembelih pun dagingnya akan meneteskan air dan cepat membusuk.
Sumanto meminta proses penyembelihan hewan kurban sesuai syariat Islam. Hewan kurban juga harus sehat dan tak disiksa atau terkena penyakit.
“Pemerintah harus memberi edukasi, petugas dari dinas perlu muter mengecek penjualan hewan kurban. Yang penting hewan yang mau dikurbankan sehat,” katanya lagi.
Terlebih beberapa waktu lalu marak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang sapi. Menurutnya, panitia kurban juga perlu berkoordinasi dengan pemerintah dan membeli hewan kurban dari sumber yang resmi serta terpercaya.
“Penyembelihan hewan kurban hendaknya juga diserahkan ke yang berpengalaman. Jangan sampai ada kejadian sapi lepas dan membahayakan seperti tahun-tahun sebelumnya,” paparnya.
Sumanto berharap Idul Adha menjadi momentum masyarakat untuk berempati kepada mereka yang kurang berpunya. Selain itu, kurban juga bisa menjadi penggerak ekonomi di masyarakat.
Ketua Komisi A DPRD Jateng Imam Teguh Purnomo yang juga menjadi narasumber menjelaskan, warga Jawa Tengah banyak yang menjadi peternak.
Saat Iduladha, para peternak ini menjual hewan ternaknya yang selama ini menjadi tabungan mereka.
“Di desa banyak warga yang pelihara sapi dan kambing. Nanti setelah Iduladha mereka akan beli hewan ternak yang kecil lagi untuk dibesarkan selama setahun. Nanti dijual saat Iduladha sebagai hewan kurban,” katanya.
Menurutnya, Jateng menjadi salah satu sentra peternak. Stok hewan kurban di Jateng juga cukup banyak dan banyak diambil untuk dijual ke provinsi lain. (*)