SoloposFM, Kecelakaan maut Bus Pariwisata yang menabrak tebing di Kawasan Bego, Pedukuhan Kedungbuweng, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Minggu (6/2/2022) lalu, mendapat sorotan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat. Diketahui sebanyak 13 penumpang tewas termasuk sang sopir dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Djoko Setiyowarno, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, mengungkapkannya dalam Program Dinamika SoloposFM, Rabu (9/2/2022). Djoko menilai kelelahan pengemudi saat ini tidak menjadi perhatian.
“Masyarakat pengennya sewa murah, tanpa memikirkan kelelahan pengemudi. Diketahui pada kasus tersebut, tujuan wisata ada tiga. Sebagaimanapun kuatnya sopir, pasti juga lelah. Kita harus menghargai pengemudi,” papar Djoko.
Baca juga : Jelang HUT 18 SoloposFM, Ini Filosofi Logonya
Lebih lanjut Djoko mengungkapkan, berdasarkan Undang-undang Lalu Lintas, pengemudi maksimal mengemudi 8 jam dengan beristirahat tiap 4 jam. Untuk itu perlu dilakukan edukasi ke masyarakat agar jangan berpikir untuk memilih armada dari murahnya harga saja.
“Pola pikirnya harus bisa pergi dan pulang selamat,” tegas Djoko.
Refresh kemampuan mengemudi
Selain mempertimbangkan tingkat kelelahan pengemudi, skill atau kemampuan pengemudi juga harus selalu ditingkatkan.
“Di perusahaan taksi regular, sebulan sekali ada pelatihan pengemudi. Meskipuns elama ini mereka hanya menggunakan jalur dalam kota. Apalagi yang pengemudi bus di jalur wisata, tentu tantangannya lebih berat. Pengemudi juga harus mengenali medan,” tambahnya.
Kepada pihak terkait, Djoko menekankan perlunya dilakukan pemetaan jaringan jalur wisata.
“Jika daerah itu tidak memungkinkan untuk dilintasi bus besar, ya jangan dipaksakan lewat. Seperti di Dieng, dibatasi dengan kendaraan kecil yang disediakan untuk mengangkut penumpang ke lokasi,” pungkas Djoko.
Kronologi Kecelakaan
Sebelumnya, bus berisi rombongan dari salah satu perusahaan konveksi di Sukoharjo Jawa Tengah melaju dari arah Mangunan menuju Imogiri dan berencana ke piknik ke Pantai Parangtritis. Namun sampai lokasi kejadian tepatnya di Jalan Mangunan-Imogiri, Dusun Kedungbuweng, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri Bantul bus oleng. Saat jalan menurun tiba tiba bus tidak terkendali. Bus menghindar ke kanan karena ada mobil melaju pelan di depannya kemudian menabrak tebing [bukit Bego].
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan bahwa bus pariwasata kecelakaan di Bantul, Yogyakarta masih layak. Berdasarkan tahunnya, kendaraan tersebut dibuat tahun 2011.
Baca juga : Lonjakan Covid-19 di Soloraya, Pakar Patologi Klinik : Tak Usah Pikir Variannya, Tetap Taat Prokes !
Usai kecelakaan maut tersebut, Kapolres Bantul AKBP Ihsan mengimbau semua kendaraan besar seperti bus-bus pariwisata untuk tidak melintas Jalan Imogiri-Mangunan utamanya pada akhir pekan atau Sabtu dan Minggu. Imbauan ini terkait kerawanan jalan tersebut.
Jalan Mangunan-Imigiri sebenarnya sudah bagus dan halus. Namun banyak tanjakan dan turunan yang cukup curam sehingga bagi sopir luar kota yang belum hapal medan jalan bisa berbahaya. Pengemudi bus-bus besar terutama yang sopirnya belum hapal medan diminta tidak memaksakan diri naik. Mereka bisa melewati jalur Jogja-Wonosari.
Opini Sobat Solopos
Sobat Solopos dalam Program Dinamika SoloposFM, Rabu (9/2/2022) mengungkapkan beragam opininya.
“Saya pernah wisata ke Gunungkidul via Bantul. Jalannya ngeri, tanjakan/turunan sangat curam. Setelah itu, kalau ke sana lagi via wonosari. Alhamdulillah, aman,” ungkap Sriyatmo.
“Menurut saya, kecelakaan maut tersebut terjadi karena sopir kurang mahir,” tulis Fredy.
“Kejadian yang dialami bus pariwisata di Bantul hendaknya jadi peringatan dan perlu waspada bagi kita semua bila ingin rekreasi. Bus atau armada harus savety/sehat. Pengemudinya harus tahu dan sudah paham medan yang akan dilalui. Bila cuaca penghujan pilih daerah rekreasi yang aman tidak dengan medan yang naik turun. Bila tujuan wisata ada lebih dari 4 titik dan memakan waktu 12 jam alangkah baiknya bus dikemudikan 2 sopir saling gantian tiap 3 jam sekali,” papar Priyanto.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]