Radio Solopos – Ketua DPRD Jateng Sumanto meminta para jurnalis dan pengelola media mengembangkan inovasi dalam menghadapi masa sulit setelah pemerintah menerapkan efisiensi anggaran.
Menurutnya, tak sedikit dari pelaku media yang sudah mulai berinovasi dan menemukan solusi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
Dorongan tersebut disampaikan Sumanto saat menjadi keynote speaker Focus Group Discussion (FGD) “Bisnis Media di Era Efisiensi” di salah satu restoran di Solo, pada Senin (16/6/2025) lalu.
FGD tersebut diikuti puluhan wartawan yang biasa meliput di Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar.
“Kita harus bisa mencari peluang. Sekarang ini dengan banyaknya media sosial bisa diolah menjadi pendapatan. Tidak bisa lagi hanya mengandalkan iklan melalui instansi milik pemerintah. Apalagi ada kebijakan untuk efisiensi. Pintar-pintarnya kita mengolah media sosial,” ucap politisi PDIP tersebut, seperti dikutip Radio Solopos dari rilisnya, Jumat (19/6/2025).
Mantan Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar itu mengajak media untuk terus mengeksplorasi diri dengan membuat konten-konten yang kreatif.
Ia menyinggung tentang kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) yang sudah mulai banyak digunakan para pelaku industri media.
Meski begitu, ia juga khawatir semakin AI diperbarui, tidak menutup kemungkinan akan menggantikan banyak pekerjaan yang semula digarap manusia.
“Membaca perkembangan AI sudah sebegitu canggihnya. Namun saya yakin secanggih-canggihnya AI tidak bisa menggeser bidang energi dan pangan. Saya pun berharap rekan-rekan wartawan ini bisa meng-upgrade keterampilan sehingga tidak akan tertinggal atau terlindas perkembangan zaman,” katanya.
Dalam acara itu, ada tiga narasumber yang membedah kiat-kiat industri media untuk bertahan.
Ketiganya Head of Media Strategist Solopos Media Group, Danang Nur Ihsan; Pemred Jawa Pos Radar Solo, Kabun Triyanto; dan Production Manager Metta Media, Farhan Arif.
Danang menyebutkan ada kolaborasi untuk tiga strategi bisnis media saat ini yakni melalui advertorial, banner, dan programatic. Ketiga strategi tersebut pihaknya terapkan untuk menjaga media tetap eksis untuk saat ini.
“Dengan tidak meninggalkan media sosial melalui platform TikTok, X, Instagram, bisnis media juga tetap ada yang fokus pada cetak dan website,” lanjutnya.
Sementara Kabun Triyanto menyebutkan, industri media terutama cetak sudah mulai membaca perilaku masyarakat sekarang ini, terutama terkait kebiasaan membaca.
Masyarakat saat ini cenderung lebih suka pada informasi-informasi yang bersifat visual. Dengan demikian industri media harus tahu konsep visual yang diinginkan masyarakat sehingga bisa bertahan dan berkembang.
Sementara Farhan Arif mengakui diversifikasi media mutlak diperlukan untuk sekarang ini.
Ia yang bertahun-tahun bergelut dalam dunia radio pun akhirnya memutuskan untuk melakukan terobosan siaran radio yang divisualkan.
“Selama ini penyiar radio menjadi misterius. Namun setelah divisualkan justru mendapatkan respons positif dari masyarakat. Berangkat dari inilah perlu ada variasi-variasi dalam bermedia,” katanya. (*)