Radio Solopos — Ketua DPRD Jawa Tengah Sumanto mengajak generasi muda untuk menelaah dan menjadikan Pancasila sebagai falfasah dalam berbangsa dan bernegara.
Pancasila adalah dasar hidup bernegara dalam kondisi bangsa yang kompleks dan majemuk.
“Pancasila adalah nilai-nilai yang sudah ratusan tahun ada di negeri ini. Kalau tidak lima sila, bisa dirangkum dan diperas menjadi trisila dan diperas lagi menjadi satu yakni gotong royong. Semangat gotong royong ini sudah ada sejak zaman dahulu. Jadi ini warisan nenek moyang kita,” ujar Sumanto dalam obrolan Bincang Spesial di Radio Solopos, Rabu (4/6/2025).
Seiring perkembangan zaman, lanjut dia, perpecahan menjadi sebuah keniscayaan. Adanya Pancasila, tegas Sumanto, menjadi perekat bangsa dari potensi terpecah belah.
Politisi PDIP tersebut mengatakan, Bung Karno pada 1 Juni 1945 menyampaikan pidato monumental yang berisi dasar-dasar negara Indonesia merdeka.
Dalam pidato saat sidang BPUPKI itu, kali pertama istilah Pancasila dikemukakan. Hingga sekarang, lanjutnya, Pancasila masih relevan meski zaman terus berkembang.
“Pancasila ini cuma ada di Indonesia, bukan meniru negara lain. Pancasila terbukti mampu menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa, beragam agama, dan bahasa,” ujarnya.
Karena itu, ia mengajak masyarakat tetap mempertahankan dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab nilai-nilai dalam Pancasila saat ini sudah mulai hilang di masyarakat.
“Sekarang ini kecenderungannya banyak yang individual, tak ada tenggang rasa, tepa selira. Padahal para pendahulu kita sejak dulu sudah mengajarkan untuk gotong royong dan saling membantu,” paparnya.
Karenanya ia mengajak semua pihak untuk menjaga jatidiri bangsa tanpa menutup diri dari kemajuan global.
Menurutnya, mempertahankan Pancasila bukan hanya tugas pemerintah tapi juga seluruh elemen bangsa.
Tantangan zaman yang kompleks menuntut adanya pendidikan karakter berbasis Pancasila.
“Perlu penguatan peran keluarga dan sekolah dalam menyebarkan nilai Pancasila. Jangan sampai ada lagi anak sekolah yang tak hafal Pancasila.” katanya. (*)