SoloposFM, Gusti Nurul, pada zamannya banyak yang mengenal dan mengaguminya, Sob. Meski kini tak banyak yang tahu sosoknya, pemilik nama lengkap Gusti Raden Ayu (GRAy) Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumowardhani ini merupakan putri tunggal Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII, seorang ningrat dari Solo.
Gusti Nurul dikenal dengan paras elok yang menjadi primadona di Solo. Tak hanya termasyhur karena kecantikannya, ia juga sosok yang berbakat. Gusti Nurul piawai dalam menari, menulis puisi, berkuda, berenang, hingga bermain tenis. Wah, sangat multitalenta ya, Sob?
Dikutip dari goodnewsfromindonesia.id, dulu Belanda pernah mengundangnya untuk menari. Gusti Nurul yang baru berusia 15 tahun itu pun menari di prosesi pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Benhard, tepatnya pada 6 Januari 1937. Ia menyuguhkan tarian memukau di hadapan Ratu Wilhelmina beserta pejabat-pejabat dan tamu kenegaraan.
Baca juga: Sumardi, Seniman Pembuat Wayang Kardus Asal Solo Tutup Usia
Gusti Nurul juga dikenal memiliki pemikiran modern. Meski hidup di tembok keraton yang sangat menjunjung tinggi berbagai nilai, ia tetap tak segan-segan menolak poligami. Saat itu, beristri banyak sudah menjadi hal wajar dalam kehidupan keraton. Melihat kecantikan dan kecerdasannya, tak heran banyak lelaki menaruh hati pada putri keraton yang punya julukan Kembang Kusumanegaran ini loh, Sob.
Bung Karno Hingga Sutan Sjahrir
Gusti Nurul bercerita dalam buku Goesti Noeroel: Straven naar Geluk Mengejar Kebahagiaan (2014) bahwa ayahnya pernah menerima utusan dari Yogyakarta. Ia utusan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang menanyakan tentang Gusti Nurul dan berniat meminangnya menjadi istri. Hanya saja, sang ibu menolak karena kurang merasa nyaman apabila anaknya menyandang status sebagai istri sultan. Gusti Nurul pun enggan karena mengetahui Sultan HB IX telah beristri.
Sang proklamator dan presiden pertama Indonesia, Bung Karno juga pernah mengagumi Gusti Nurul. Menurut Gusti Nurul, Bung Karno tidak pernah mengungkapkan isi hatinya. Namun, Hartini, istrinya pernah bercerita kepada Gusti Nurul.
Ada pula Sutan Sjahrir, ia menyukai Gusti Nurul dengan unik dan berbeda. Ia tak berdarah Jawa, padahal kebanyakan penggemar Gusti Nurul berasal dari pembesar dan bangsawan Jawa. Setiap menghadiri rapat kabinet di Yogyakarta, ia selalu mengutus sekretaris pertamanya, Siti Zoebaidah Oesman, ke Pura Mangkunegaran. Siti khusus mengantar hadiah dari Jakarta, pemberian Perdana Menteri Indonesia pertama ini. Ia juga melampirkan surat tulisan tangan Sjahrir dan Gusti Nurul pun rajin membalas surat tersebut.
Meski terlihat jatuh hati, Sjahrir tak pernah mengunjunginya ke Pura Mangkunegaran. Justru, Sjahrir pernah mengundang Gusti Nurul berserta ibu dan kakaknya ke rumah tempat berlangsungnya Perundingan Linggarjati.
Setelah mendengar Gusti Nurul menikah, Sjahrir nampaknya masih penasaran. Sjahrir pernah menyambangi kediamannya dan memilih posisi dekat Gusti Nurul saat foto bersama. Meski Jarso, suami Gusti Nurul tahu bahwa Sjahrir mengagumi istrinya, ia tak cemburu dan malah memilih posisi foto jauh dari Gusti Nurul.
Para penggemar Gusti Nurul memang banyak yang telah beristri. Maka dari itu, ia tak menerima cinta atau pinangan mereka. Gusti Nurul memang menentang poligami karena tak mau dimadu dan menyakiti perasaan wanita lain.
Gusti Nurul Melabuhkan Hatinya dan Menikah
Gusti Nurul resmi menikah dengan seorang perwira menengah tentara pada 24 Maret 1951. Gusti Nurul melepas status lajangnya pada usia 30 tahun. Masyarakat saat itu menganggap usianya sudah cukup tua bagi perempuan untuk menikah.
Meski bukan pejabat tinggi atau bangsawan seperti pengagumnya terdahulu, Jarso juga tak kalah hebat. Ia seorang perwira militer lulusan Akademi Militer Kerajaan Belanda. Ia pernah dinas di tentara kerajaan Belanda dengan penempatan di Proef Batalion Vechtwagens, Bandung dan Batalion Infanteri, Bogor.
Usai proklamasi kemerdekaan, Jarso bergabung di TNI. Ia pun menjadi kepala Inspektorat Kavaleri Angkatan Darat pertama. Saat menyandang pangkat letnan kolonel itu, ia meminang Gusti Nurul. Jarso berjanji pada Gusti Nurul untuk tak memadunya.
Sejak hidup bersama Jarso, Gusti Nurul tak lagi tinggal di Pura Mangkunegaran. Ia setia mendampingi suaminya berdinas ke mana pun, bahkan ketika Jarso menjadi Atase Militer di Washington DC. Bersama Jarso, Gusti Nurul dikaruniai 7 orang anak.
Hingga pada 10 November 2015, Indonesia berduka mengantar kepergian Gusti Nurul dalam usia 94 tahun. Keluarganya pun membawa Gusti Nurul ke Pura Mangkunegaran Solo dan memakamkan di Astana Giri Layu, kompleks pemakaman keluarga Pura Mangkunegaran.
Disusun oleh Genis Dwi Gustati
Diunggah oleh Avrilia Wahyuana