SoloposFM, Sekarang nih Sobat Solopos, menyatakan cinta identik dengan memberikan rangkaian bunga, coklat, atau memilih untuk bertemu secara langsung. Kalau zaman dulu, bagaimana ya cara orang-orang mengutarakan perasaannya kepada pujaan hati?
Bunga Pandan
Nah Sobat Solopos, pandan adalah salah satu tumbuhan yang sangat lekat dengan kehidupan orang Jawa kuno loh. Bahkan, pohon ini juga sering muncul di berbagai perkawinan. Dalam naskah Arjunawijaya misalnya, pudak (kelopak bunga pandan) sering digunakan untuk mendeskripsikan betis perempuan yang cantik. Kemudian, pada naskah Parthayajna tersebut bahwa pudak menjadi media tulis khususnya untuk menulis syair untuk seseorang menyatakan cintanya.
Baca juga: Melintasi Sejarah Penjara Pengasingan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir “Boven Digoel”
Mengutip dari Tradisinesia, orang-orang pada abad ke-5 memang menggunakan pudak untuk menulis surat cinta, Sob. Pudak atau bunga pandan ini banyak tumbuh di sepanjang pantai atau sungai wilayah tropis. Bagian bunga ini tersusun dalam beberapa lapisan berwarna putih-kuning dan meruncing menjadi satu pada ujungnya.
Selain itu, bunga pandan juga memiliki aroma yang wangi. Semakin cocok jadi media untuk menuangkan isi hati penulis dengan kata-kata indah di atasnya kan, Sob?
Naskah Parthayajna
Oh iya Sobat Solopos, pada naskah Parthayajna terdapat rangkaian kata mengenai penggunakan bunga pandak sebagai media tulis yang tersebut dalam Pupuh XXXIII, 12. Begini bunyinya:
“Hana ta pudak turung tulus isinya tika setugel,
Kalawan ikang sadak gading I sornya pilih panulis”
Artinya: Selembar pudak terdapat di lantai dengan sebuah sajak yang belum selesai tertera di permukaan kulit pudaknya, di sampingnya terletak sebatang tusuk gading yang jelas dipakai untuk menulis sajak itu.
Bila bunganya mekar, kelopak bunga pudak yang panjang dan putihlah yang terpakai menjadi media tulis. Alat tulis yang digunakan untuk menulis adalah benda dengan ujung yang tajam seperti, sebatang tusuk gading yang memiliki nama lain sadak. Alat ini berfungsi untuk menggoreskan tanda dan huruf di atas daun bunga pudak.
Baca juga: Rayakan Ramadan Dengan Sajian Otentik Empat Negara di Alila Solo
Kurang Tahan Lama
Meski pencarian kelopak pudak cenderung mudah dan penggunaannya tanpa perlu proses panjang, daya tahan bunga pudak nggak lama ya, Sob. Saat kelopak pudak layu, warna putih kekuningannya akan berubah menjadi hitam mirip seperti warna tulisannya sehingga jadi sulit terbaca.
Meskipun nggak tahan lama, menuangkan perasaan cinta dengan pudak romantis dan unik juga kan, Sobat Solopos? Nah, kalau Sobat pernah menyatakan cinta dengan media apa?