SoloposFM, Sewindu Komunitas Sanggit Art Peduli Lingkungan, keanggotaannya telah menyebar ke berbagai kota di Indonesia. Hal ini diungkapkan pendiri Sanggit Art, Jatmiko, kala berbincang di Solopos FM di acara Jendela Komunitas dengan Host Antien Kistanti, Sabtu (12/9/20).
“Acara ulang tahun ke-sewindu ini menjadi kilas balik perjalanan. Baik dengan silaturahmi dan syiar 4 peduli baik agama, manusia, lingkungan dan system. Al Hamdulillah diberi kesempatan dan di jadikan narasumber bersama Ki Agung Sudarwanto MSn, padahal prinsip kami sedikit bicara banyak berkarya,” ujar Jatmiko.
Pandemi Covid-19, diakuinya berdampak besar pada perekonomian sebagian besar warga Kota Solo. Tak terkecuali bagi para bagi pekerja lepas pra sejahtera yang tidak memiliki pendapatan pasti, seperti abang becak, Ojek dan Tukang Parkir. Untuk meringankan pekerja tersebut dengan berbagi nasi bungkus.
Berbagi nasi kotak di bulan Ramadan menjelang sahur bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan ibadah dan ketakwaan. Ada program edukasi sampah, tanam pohon dimulai dari hal kecil dan sederhana. Mulai dari diri sendiri, keluarga dan komunitas masyarakat yang lain.
“Jauh sebelum Covid-19, Peduli manusia gelar wayang lintas agama di Nganjuk. Sanggit dalam dunia pdalangan diyakini sebuah kreatifitas. Dengan adanya sanggit art diharapkan sebagai wadah anak bangsa untuk mengembangkan kreatifitas dibidang seni dan mantap bergotong royong, memperkuat hubungan silaturahmi sesama dan saling toleransi,” papar pembina Sanggit Art, Agung Sudarwanto.
Sanggit art dilambangkan dengan tokoh Bima, mengandung makna bahwa Sanggit Art harus tetap kokoh dalam menghadapi kondisi ataupun situasi jaman. Berbagai strategi kita luncurkan untuk mengemban perkembangan dan kelestarian seni tradisi.
Salah satu yang menjadi motivasi dalam kegiatan sanggit art adalah sebuah hadist “Khairunnas anfa’uhum linnas” sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dan pedoman bersanggit art ‘Yen wis sagah kudu saguh-jika sanggup harus mampu meyelesaikan.
“Yen Purun kudu wantun, jika mau harus berani. Nilai tanggung jawab terhadap apa yang kita ucapkan dan kita lakukan yang ditanamkan dalm setiap napas dan nupus manusia,”beber ki Agung.
Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]