SoloposFM, Kementerian Agama mengeluarkan aturan terbaru yang tertuang dalam surat edaran SE no 07 tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Shalat Idul Fitri Tahun 1442 H/2021 M di saat Pandemi COVID-19.
Kemenag menegaskan, masyarakat tidak diperbolehkan melaksanakan takbir keliling yang biasa dilakukan pada penghujung Ramadhan, karena dapat mengundang keramaian dan dikhawatirkan terjadi penularan. Kegiatan takbir keliling ditiadakan untuk mengantisipasi keramaian.
Baca juga : 4 Film Lokal Ini Wajib Masuk Daftar Tontonan Akhir Pekan Sambil Ngabuburit!
Selain itu, SE itu juga memuat pelaksanaan takbir di masjid. Pada dasarnya masyarakat boleh menggelar takbir di masjid atau mushala tanpa terpengaruh zona risiko penularan. Hanya saja kapasitasnya diatur yakni tingkat keterisian masjid/mushalla tak lebih dari 10 persen serta tetap memperhatikan standar protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Kegiatan takbiran dapat disiarkan secara virtual dari masjid dan mushala sesuai ketersediaan perangkat telekomunikasi di masjid dan mushala.
Polisi Siap Bubarkan
Di Solo, Polresta Solo menugaskan sebanyak 1.000-an personel untuk mengamankan jalannya perayaan Lebaran yang bertepatan demgan peringatan Kenaikan Isa Almasih. Polresta Solo membentuk tim khusus untuk mencegah konvoi selama malam takbiran.
Kapolresta Solo, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak, mengatakan belajar dari pengalaman perayaan Lebaran tahun lalu membuat angka kenaikan Covid-19 di Solo tercatat meningkat. Kapolresta Solo menegaskan perayaan takbiran keliling dilarang termasuk takbiran keliling di permukiman. Pos pengamanan dan petugas yang bergerak bakal membubarkan jika ditemukan konvoi takbiran.
Opini Pendengar Solopos FM
Hasil polling SoloposFM, pada program Dinamika, Selasa (11/05/2021), mayoritas mengaku pilih takbiran dari rumah saja. Sebanyak 67% pendengar memilih hal tersebut. Sementara, 33% sisanya tetap memilih takbiran di masjid.
Berikut sejumlah opini mereka:
“Takbiran di masjid paling sampai jam 8 malam, itupun hanya 30% jamaah, karena di kampung saya selama pandemi tak ada pemudik dan jalan ke kampung ditutup. Takbiran tetap taat Prokes. Mudah-mudahanan warga Karanganyar selalu patuh dan ikuti aturan pemerintah. Semoga pandemi cepat berakhir dan Indonesia bangkit kembali seperti dulu. Indonesia bisa! Amin,” tulis Atik Sutaryo.
“Saya pilih di rumah saja. Kalau dengar takbiran selalu teringat almarhum orangtua, karena di saat lebaran bisa kumpul dan makan masakan Ibu. Kalau sekarang hanya bisa mendoakan saja setiap sholat,” ungkap Priyanto.
“Saya di rumah saja,” tulis Ahmad di Nayu.
“Kalau saya lihat sikon,” ungkap Mudhowati
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]