Radio Solopos – Bahan tambahan pangan adalah bahan yang secara sengaja ditambahkan untuk tujuan tertentu, misalnya pewarna, penguat rasa, penyedap, dan pemanis. Bahan ini tidak menambah gizi dan hanya digunakan untuk membantu menambahkan selera pada makanan untuk dimakan.
Zulia Setyaningrum MGizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Surakarta pada program Bincang Sore Gizi Radio Solopos, Rabu (9/8/2023) membagikan cara mengenali jenis dan bahaya bahan tambahan pangan.
Menurut Zulia, jenis bahan tambahan pangan yang diperbolehkan oleh kemenkes atau BPOM adalah antioksidan, pemanis, pewarna, anti kempal, pemutih, pengatur keasaman, pengemulsi, pengawet, pengeras, dan penguat rasa.
“Tambahan makanan sendiri terdiri dari dua jenis yaitu alami dan buatan. Bahan tambahan alami bisa dikonsumsi dalam jumlah apapun dalam batas wajar, contohnya penyedap rasa seperti bawang, gula, garam, dll. Sedangkan konsumsi bahan tambahan pangan buatan dianjurkan dihindari,” ulasnya.
Baca juga : Badan Lebar Setelah Lebaran? Atasi Dengan Tips Dari Persagi Ini Sob!
Cermat Membaca Label
Terkait takaran bahan tambahan pangan, menurut Zulia bisa diketahui dengan cara membaca kandungan gizi dalam label kandungan gizi. Kadar dalam produk biasanya tidak dituliskan sehingga konsumen tidak bisa mengukur sendiri.
“Kadar tersebut biasanya menjadi patokan produsen untuk memproduksi makanan yang bisa dicek di BPOM sebagai panduan. Karena keterbatasan dalam mengetahui kandungan kadar bahan tambahan pangan, konsumen sebaiknya lebih cermat membaca label,” sarannya.
Komposisi bahan makanan, lanjutnya, bisa dilihat dari takaran saji dan jumlah sajian per kemasan. “Hal ini perlu diperhatikan karena ada temuan bahwa seseorang mengalami alergi ketika mengkonsumsi makanan dengan bahan tambahan dalam jumlah tertentu sedang beberapa orang yang lain mengalami reaksi seperti batuk atau tenggorokan gatal.”
Penggunaan bahan tambahan pangan akan berefek pada tubuh, baik jangka pendek atau jangka panjang. Pada efek jangka pendek dapat mengakibatkan keracunan, mual, tenggorokan gatal dan terbakar. Sedangkan efek jangka panjangnya adalah merusak ginjal dan saluran makanan.
“Sebisa mungkin kita bisa mengolah makanan sendiri. Kalau tidak bisa, pilih produk makanan dengan label kemasan baik logo halal atau dalam tabel nilai takaran gizi. Hal tersebut dapat membantu kita menentukan baik buruknya sebuah produk”, saran Zulia.
Lalu bahan tambahan makanan apa yang perlu dihindari? Zulia menjawab setidaknya ada tiga, yaitu formalin, boraks dan rhodamin. “Rhodamin adalah pewarna pakaian. Jika digunakan dalam makanan, akan berwarna lebih menarik dibanding yang alami. Sedang boraks dan formalin merupakan pengawet, jika digunakan untuk makanan akan memberikan efek tahan lebih lama dibanding dengan bahan alami yang hanya bertahan 1-2 hari,” jelasnya.
Supaya terhindar dari bahan tambahan pangan buatan yang berbahaya, Zulia memberikan beberapa tips untuk Sobat Solopos. Pertama, pilih makanan dengan warna yang tidak mencolok, terkadang makanan yang menggunakan pewarna tekstil meninggalkan bekas di tangan. Kedua, perhatikan tekstur makanan dan ketiga, perhatikan penampilan dan penyajian.
Sobat Solopos sebaiknya bijak dalam memilih makanan. Kurangi konsumsi makanan kemasan untuk menghindari jumlah bahan tambahan pangan yang dapat merusak tubuh. Yuk Sob, semangat sehat.
Baca juga : Persagi Surakarta: Penderita Skizofrenia Bisa Dibantu Melalui Intervensi Gizi