Radio Solopos – Saat ini pemerintah tengah menggalakkan program penurunan angka stunting ke angka 14%. Program ini sedang dilaksanakan oleh pemerintah berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Peraturan ini merupakan wujud komitmen pemerintah dalam mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024, sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.
Upaya penurunan stunting tidak hanya dilakukan dengan mengatasi masalah yang muncul, namun juga perlu langkah preventif. Seperti yang disampaikan ahli gizi Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia), Wulan Ayu Kusumaningtyas ketika hadir di program Bincang Gizi, Rabu (30/8/2023). Menurut Wulan, langkah tersebut bisa dimulai dengan memberikan edukasi pada calon ibu baik mulai usia remaja hingga ketika bersiap memasuki jenjang pernikahan.
Imunisasi dan cek kesehatan penting bagi calon pengantin. “Pengantin di Indonesia jarang ada planning kehamilan. Kalau nggak ada persiapan, kurang energi kronis bisa jadi penyebab anak stunting. Tren remaja diet juga berpengaruh pada kehamilan karena gizi si anak berasal dari ibu.” ujar Wulan.
Di Solo sendiri, lanjutnya, telah ada surat edaran bagi remaja putri dari SMP hingga SMA untuk meminum tablet tambah darah bersama, setiap sepekan sekali pada hari Selasa. “Program lainnya adalah edukasi bagi masyarakat mengenai gizi seimbang, edukasi mengenai pernikahan, pola asuh, dan pola makan anak,” jelasnya.
Setelah itu, yang tidak kalah penting adalah pencegahan stunting dalam masa 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), dihitung sejak sperma bertemu dengan ovarium. Mengapa hal itu penting? Menurut Wulan, pada saat 1000 HPK tersebut, 80% masa pertumbuhan otak berjalan optimal.
Lalu bagaimana jika ketahuan setelah 1000 HPK? “Pertumbuhan otak 20% berikutnya harus dikejar karena kualitas otak pada anak yang stunting akan sangat terlihat berbeda. Hal ini dilakukan dengan melakukan perbaikan stimulasi untuk pertumbuhan selanjutnya,” terangnya seraya mengimbau kepada para ibu untuk memeriksakan kehamilan secara rutin yaitu 6 kali dalam satu termin, mengikuti perkembangan anak dengan memberikan gizi seimbang dari protein, vitamin, hingga serat, mematuhi tahap MPASI memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan
Deteksi dini biasanya dimulai dari pemeriksaan rutin di Posyandu. Perhatikan hasil pengukuran tinggi badan tiap bulan pada KMS (Kartu Menuju Sehat). Pemantauan yang paling terlihat adalah dari berat badan. Namun, jika menemukan kejanggalan pada tinggi badan tetapi titik standar berat badan normal, maka bisa saja kondisi tersebut normal.
Kurangnya zat gizi dalam jangka waktu yang lama serta penyakit berulang dan ditandai dengan tubuh pendek adalah ciri yang paling terlihat dari anak stunting. Pemeriksaan ahli sangat penting dilakukan untuk ataupun mengatasi stunting pada anak.
Jika Sobat Solopos mulai menyadari ciri stunting pada anak, periksakan ke Posyandu. Jika tidak bisa menangani, akan ada rujukan ke Puskesmas serta perawatan lebih lanjut. “Sebenarnya orangtua bisa memantau pertumbuhan anak lewat buku KMS untuk mengetahui adakah gejala stunting sebelum terlanjur mempengaruhi pertumbuhan anak.”
Jika mendapati gejala stunting pada anak, segera periksakan ke klinik, Puskesmas, Posyandu ataupun rumah sakit terdekat agar tak terlambat! Persagi akan terus membagikan informasi lainnya terkait gizi setiap hari Rabu pukul 15.00 WIB di Radio Solopos frekuensi 103 tentunya.
Baca juga: Badan Lebar Setelah Lebaran? Atasi Dengan Tips Dari Persagi Ini Sob!