SoloposFM – Selama bulan Ramadan, kesibukan selalu dapat terpantau semenjak pagi di Masjid Darussalam yang berada Kelurahan Jayengan, Solo. Kesibukan tersebut terkait dengan kegiatan rutin dan hanya terdapat di masjid kawasan hunian etnis Banjar tersebut.
Tidak diketahui sejak kapan tradisi itu diadakan, belum ada informasi yang jelas kapan warga Banjar mulai merantau dan menetap di Solo. Selain sebagai pusat peribadatan, warga Banjar juga menjadikan masjid sebagai tempat untuk mempererat tali persaudaraan sebagai sesama perantauan yang berasal dari satu daerah. Hal tersebut dapat terlihat dari tradisi pembuatan dan pembagian bubur samin yang selalu diadakan setiap bulan Ramadan selama sebulan penuh, setiap tahunnya.. Sedangkan proses memasak bubur samin dilakukan oleh beberapa juru masak takmir masjid mulai pukul 11.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Proses haru
Seperti yang dikabarkan Detikcom, sejak pagi aktivitas memotong daging dan bumbu sudah dimulai s dilakukan cukup awal, karena tak sedikit bubur yang harus mereka siapkan. Sedikitnya dibutuhkan 45 kilogram beras untuk konsumsi sebanyak 1.000 orang.
Dinamakan bubur samin karena diolah menggunakan minyak samin. Sedangkan racikan bumbu lainnya adalah kapulaga Arab, daun seledri, daun bawang, bawang bombai, wortel, adas, jinten, kayu manis, pala, ketumbar, jahe, kunyit, lengkuas dan kemiri. Selain itu masih ditambah susu sapi dan tulang berisi sumsum sapi sehingga citarasanya semakin sedap dan kental.
Panitia tidak perlu mengumumkannya lagi, menjelang Ashar warga mulai berdatangan membawa berbagai wadah menungu pembagian. Kebanyakan memang warga etnis Banjar. Kaya maupun miskin, dari tua anak-anak, semua berkerumum mengerubuti dua panci besar berisi bubur. 1.000 porsi bubur setiap hari, dibagikan secara cuma-cuma.