SoloposFM – Melihat fenomena yang berkembang di masyarakat terkait kekerasan yang mengatasnamakan agama, Fakultas Adab dan Bahasa UIN Raden Mas Said Surakarta berinisatif menyelenggarakan lokakarya moderasi beragama “Solo Kota Damai” pada tanggal 8-10 Juni 2022 di Syariah Hotel.
Lokakarya moderasi beragama Solo Kota Damai ini merupakan bagian dari bukti dan kiprah UIN Raden Mas Said Surakarta, khususnya Fakultas Adab dan Bahasa dalam rangka pembangunan masyarakat. Kegiatan Lokakarya Moderasi Beragama ini penting sebagai perwujudan dari Solo yang didaulat menjadi salah satu dari 10 besar kota paling toleran di Indonesia tahun 2022 (menurut riset dari Setara Institute).
Dalam sambutan Dekan Fakultas Abad dan Bahasa, Prof. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag disampaikan beberapa riset terkait Solo sering menyimpulkan image negatif terhadap kota ini salah satunya Martin van Bruinessen dalam bukunya Conservative Turn.
Demikian juga riset dari UIN Jakarta yang menyebut di Solo ditemukan masjid yang berusaha menyemaikan benih-benih radikalisme. Sementara temuan disertasi Dr. KH. Abdullah Faishol menyebutkan terdapat kelompok, tokoh agama dan masyarakat yang konsen pada perdamaian di Solo dan jarang diungkap ke publik.
Baca juga: Wabah PMK Merebak Jelang Iduladha, Sobat Solopos: Jadi Was-was Pilih Hewan Kurban
Acara ini dibuka oleh Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta. Dalam sambutannya, Prof. Mudhofir S.Ag., M.Pd menyatakan bahwa radikalisme yang seringkali muncul dan tenggelam di Indonesia ini adalah sebuah penyakit sosial. UIN Raden Mas Said Surakarta sebagai agen moderasi beragama harus dapat menggandeng dan bersinergi dengan kelompok dan organisasi masyarakat untuk memberantas gerakan radikalisme dan terorisme di Solo Raya.
Lokakarya dihadiri oleh peserta dari berbagai organisasi masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan akademisi. Dengan mengundang tiga narasumber yang terdiri dari Kombes Pol Ade Sarif Simanjuntak S.I.K., M.Si, Kapolresta Surakarta , kedua Prof. Syamsul Ma’arif, ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Jawa Tengah dan Prof. Ismail Fajrie Alatas dari New York University.
Kombes Pol Ade Sarif Simanjuntak dalam paparannya menceritakan pengalaman dan langkah kongkret Kepolisian Surakarta dalam hal penanganan kekerasan yang mengatasnamakan agama di Solo.
Selanjutnya Prof. Syamsul Ma’arif menekankan perlu adanya sinergitas semua organisasi masyarakat dan tokoh-tokoh untuk memperkuat moderasi beragama. Terakhir Prof. Ismail Fajri Alatas memberikan konsepsi mengenai Islam, kota dan kekerasan.
Kegiatan ini ditutup dengan pembacaan bersama Deklarasi Pancasatya Solo Kota Damai dengan dipimpin oleh KGPH Dipokusomo diikuti oleh seluruh peserta Lokakarya Moderasi Beragama. Sebagai tindak lanjut, akan dibentuk Forum Solo Kota Damai sebagai upaya untuk menyemai benih moderasi beragama antar ormas keagaaaman dan ormas lain di Solo.
Baca juga: Wabah PMK Merebak Jelang Iduladha, Sobat Solopos: Jadi Was-was Pilih Hewan Kurban