SoloposFM – Wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy terkait system “full day school” bagi pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP, baik negeri maupun swasta langsung menuai polemik. Alasan mendikbud menggulirkan wacana ini adalah untuk membendung pengaruh-pengaruh buruk yang diterima anak saat orang tua sibuk bekerja dan tidak sempat mengawasi. Menurut mendikbud, diperlukan restorasi pendidikan terutama pada level SD dan SMP karena pada tahap itulah karakter anak bisa terbentuk. “Full day school” dipandang mampu menjadi salah satu solusi untuk membangun generasi penerus berkualitas.
Wacana yang digagas Mendikbud mungkin bertujuan baik, tetapi hal itu perlu dikaji lebih dalam lagi dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Selain pemerintah daerah, perwakilan kepala sekolah yang dianggap berkompeten juga perlu dilibatkan, karena hal ini terkait kesiapan SDM di sekolah-sekolah, kultur pendidikan, fasilitas-fasilitas dan murid-murid sekolah sebagai peserta didik. Selain itu, pertimbangan efektivitasnya juga harus diperhatikan termasuk daya tanggap, stamina dan daya serap peserta didik.
Pemerintah harus ingat bahwa setiap kebijakan baru terkait system pendidikan, akan sangat menentukan kualiatas peserta didik sebagai generasi bangsa. Menteri baru tidak harus membuat kebijakan baru, apalagi tanpa didahului kajian yang matang, karena akibatnya justru akan merugikan anak. Kebijakan pendidikan, apalagi yang bersifat nasional, tidak bisa didasarkan pada pengalaman orang perorang. Pengambilan kebijakan nasional tidak boleh sepotong-sepotong, karena akan berdampak sangat luas. Jangan sampai peserta didik justru seperti menjadi kelinci percobaan atas kebijakan-kebijakan pemerintah.
Di sisi lain, Pemerintah juga harus memperhatikan bahwa dalam memberikan pendidikan bagi anak tidak melulu dengan pendidikan formal di sekolah. Pendidikan non-formal yang mengharuskan anak dekat dengan keluarga dan masyarakat di sekitarnya juga perlu diperhatikan. Atmosfer sekolah yang baik juga akan mempengaruhi perkembangan siswa dalam menyerap pelajaran, tidak peduli berapa jam mereka menghabiskan waktu di sekolah. Hal utama yang harus dibenahi dalam sistem pengajaran Indonesia adalah peningkatan kualitas guru. Peningkatan kualitas guru lebih mendesak untuk diwujudkan ketimbang wacana perpanjangan jam belajar siswa di sekolah.