SoloposFM, Semakin bertambah tua, maka risiko berbagai penyakit pada lanjut usia akan semakin meningkat, termasuk penyakit stroke. Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.
Solopos FM, Bersama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Surakarta, membahasnya dalam RAVIS Talkshow Bincang Kesehatan, Kamis, 7 Oktober 2021. Hadir sebagai narasumber Dokter Spesialis Neurologi RSUP Surakarta, dr. Arif Apriyanto Sp.N. Program Radio Visual ini juga live di Instagram dan Youtube SoloposFM maupun RSUP Surakarta.
Baca juga : Solo Di Mata Pemandu Wisata
dr. Arif menjelaskan, tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi sehingga sel-sel saraf pada sebagian area otak yang terkena akan mati dan tidak berfungsi. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tadi mengalami kelumpuhan dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
“Stroke dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian. Namun, ada upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah keparahan akibat stroke. Pasien perlu mengendalikan faktor-faktor risiko stroke,” papar dr. Arif.
Kondisi Gawat Darurat Dan Penyebab
Lebih lanjut dr. Arif, menjelaskan stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya komplikasi.
“Pada umumnya gejala penyakit stroke di antaranya kelemahan pada separuh anggota tubuh, kesemutan pada separuh anggota tubuh, bicara pelo, gangguan penglihatan berupa kebutaan, dan penurunan kesadaran yang mendadak,” kata dr. Arif.
Baca juga : Oktober Bulan Batik, Pengusaha Batik Laweyan Optimis Penjualan Batik Terdongkrak
Stroke disebabkan oleh beberapa faktor resiko, antara lain riwayat keluarga, penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, merokok, diabetes, dislipidemia, penyakit fibrilasi atrium, kontrasepsi oral, terapi sulih hormon, obesitas dan lemak tubuh, jenis kelamin dan usia. Umumnya stroke lebih banyak ditemui pada usia tua dibandingkan orang muda. Namun, usia muda juga patut mewaspadai serangan stroke.
“Usia muda yang mengalami stroke seringnya mengalami kelainan bawaan pada pembuluh darah dan penyakit jantung fibrilasi atrium. Seseorang dengan usia muda yang mengalami kelainan bawaan pada pembuluh darah umumnya mengalami perdarahan sedangkan usia muda yang memiliki penyakit gangguan irama jantung berupa fibrilasi atrium mengalami stroke sumbatan pada pembuluh darahnya yang berupa stroke emboli,” paparnya lebih lanjut.
Upaya Pencegahan
Mengingat gejala penyakit stroke mendadak maka setiap orang perlu melakukan pencegahan supaya tidak terjadi stroke. Yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder terkait penyakit stroke.
Pencegahan primer ditujukan bagi orang yang belum pernah terkena stroke tetapi memiliki faktor risiko stroke yang disebutkan diatas dengan melakukan kontrol dan pengawasan oleh dokter spesialis. Sedangkan pencegahan sekunder ditujukan bagi seseorang yang sudah pernah stroke dan bertujuan supaya tidak terjadi stroke ulang yaitu dengan mencari faktor-faktor risiko apa saja yang ada pada pasien tersebut dan tentunya mengendalikan faktor-faktor resiko tersebut. Seperti jika seseorang memiliki penyakit hipertensi maka tekanan darah perlu di kontrol dengan mengurangi konsumsi garam dan minum obat antihipertensi dengan target tekanan darah sistolik 140mmHg.
“Penyakit stroke bisa dicegah dengan mengatur gaya hidup yang sehat, seperti mengurangi asupan garam, memperbanyak konsumsi buah, sayur, susu rendah lemak, peningkatan aktivitas fisik, menghindari berat badan yang berlebihan atau obesitas, rutin melakukan olahraga, menjaga pola makan sehat, dan istirahat yang cukup,” saran dr. Arif.
Stroke dan hipertensi
Setengah dari penderita stroke memiliki faktor resiko hipertensi/ tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi dapat menekan dan merusak pembuluh darah yang semakin lama akan berakibat fatal. Pada tekana darah tinggi darah tidak dapat mengalir dengan lancer sehingga menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah.
“Hipertensi harus ditangani baik dengan perubahan gaya hidup maupun dengan bantuan obat. Menurut data Riskesdas 2013 di Indonesia hanya 0,7% orang yang terdiagnosa dengan hipertensi minum obat antihipertensi,” papar dr. Arif.
dr. Arif juga mengungkapkan orang yang mengalami stroke bisa mengalami stroke kembali. Bahkan 1 dari 4 orang yang mengalami stroke akan mengalami stroke berulang sehingga kita perlu mengetahui dan waspada terhadap faktor resiko apa yang menyebabkan stroke supaya dapat ditangani dengan tepat.
“Terutama bila seseorang yang mengalami stroke dan merasa kondisi sudah baik, jangan lupa terus lakukan konsultasi berkala sesuai dengan rekomendaso dokter yang menangani,” pungkasnya.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]