Radio Solopos — Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia.
Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat, baik karena penyumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) maupun pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Banyak orang tidak menyadari bahwa kebiasaan sehari-hari yang tampak sepele dapat memperbesar risiko terjadinya stroke.
Berikut adalah beberapa kebiasaan yang perlu diwaspadai seperti dikutip Radio Solopos dari berbagai sumber:
1. Pola Makan Tidak Sehat
Pola makan yang tinggi lemak jenuh, garam, dan gula dapat meningkatkan risiko stroke secara signifikan.
Makanan seperti gorengan, daging olahan, makanan cepat saji, serta camilan kemasan cenderung memperburuk kadar kolesterol dan tekanan darah.
Kolesterol tinggi bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, sementara kelebihan garam meningkatkan tekanan darah — dua faktor utama yang memicu stroke.
Untuk mencegahnya, penting memilih makanan bergizi seimbang, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, serta sumber protein sehat seperti ikan dan kacang-kacangan.
2. Merokok
Merokok adalah salah satu kebiasaan paling merusak bagi sistem kardiovaskular. Kandungan nikotin dalam rokok bisa meningkatkan tekanan darah, sementara zat kimia lain merusak dinding arteri dan mempercepat pembentukan plak yang menyumbat aliran darah.
Selain itu, merokok juga menurunkan kadar oksigen dalam darah, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh, termasuk otak.
Menghentikan kebiasaan merokok adalah langkah krusial dalam menurunkan risiko stroke, dan mendapatkan dukungan dari orang terdekat atau program berhenti merokok bisa sangat membantu.
3. Kurang Aktivitas Fisik
Gaya hidup yang minim gerak juga menjadi penyebab meningkatnya risiko stroke. Duduk terlalu lama atau jarang berolahraga dapat menyebabkan obesitas, tekanan darah tinggi, serta diabetes — kondisi-kondisi yang berkaitan erat dengan stroke.
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang secara rutin dapat membantu menjaga tekanan darah, berat badan ideal, serta meningkatkan sirkulasi darah.
Disarankan untuk berolahraga minimal 150 menit per minggu, atau sekitar 30 menit per hari.
4. Konsumsi Alkohol Berlebihan
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan berdampak langsung pada tekanan darah dan fungsi jantung. Alkohol juga bisa merusak hati, yang berperan penting dalam proses pembekuan darah, sehingga meningkatkan risiko stroke, terutama stroke hemoragik.
Batas aman konsumsi alkohol adalah satu hingga dua gelas per hari untuk pria dan satu gelas untuk wanita. Namun, semakin sedikit konsumsi alkohol, semakin kecil pula risikonya.
Air putih, jus buah alami, atau teh tanpa gula adalah pilihan yang jauh lebih sehat.
5. Kurang Tidur atau Pola Tidur Tidak Teratur
Tidur adalah waktu penting bagi tubuh untuk memperbaiki diri dan mengatur kembali fungsi organ. Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme, dan memicu peradangan di dalam tubuh — semua ini meningkatkan risiko stroke.
Usahakan untuk tidur 7 hingga 8 jam setiap malam dengan jadwal yang konsisten. Bila mengalami gangguan tidur seperti sleep apnea atau insomnia, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis.
6. Mengabaikan Stres
Stres kronis memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin yang dapat mempercepat detak jantung dan meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, stres juga sering membuat seseorang mengadopsi kebiasaan tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, dan makan berlebihan.
Mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti melalui meditasi, olahraga, hobi, atau berbicara dengan konselor, dapat membantu menjaga keseimbangan mental dan fisik, serta menurunkan risiko stroke dalam jangka panjang.
7. Mengabaikan Kontrol Tekanan Darah dan Gula Darah
Tekanan darah tinggi dan kadar gula darah yang tidak terkontrol merupakan pemicu utama stroke, terutama pada penderita hipertensi dan diabetes. Masalahnya, kedua kondisi ini sering kali tidak menimbulkan gejala hingga muncul komplikasi serius.
Oleh karena itu, penting untuk rutin memeriksakan tekanan darah dan kadar gula darah, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga atau sudah terdiagnosis.
Jika dokter menyarankan pengobatan atau perubahan gaya hidup, ikutilah dengan disiplin untuk menekan risiko stroke.