[SPFM], Pemkot Solo memperketat kedatangan warga dari luar kota untuk mengantisipasi persebaran Covid-19 di akhir tahun. Warga dari luar kota yang tidak memiliki tujuan penting untuk datang ke Solo akan dikarantina.
Pemkot Solo sudah menyiapkan rumah karantina di Solo techno Park. Teknisnya, pemudik yang tiba di terminal, stasiun, atau bandara akan ditanya ke mana tujuannya. Hal itu berlaku bagi semua orang, termasuk yang sudah membawa surat kesehatan yang masih berlaku.
Mereka akan menjalani pengecekan kesehatan kemudian ditanya apa tujuan datang ke Solo. Jika hanya untuk berlibur, mereka akan diberi dua alternatif, yakni kembali ke daerah asalnya atau dikarantina. Kalaupun pemudik itu lolos sampai ke kampungnya, maka Jogo Tonggo yang akan melapor.
Meski demikian, warga dari luar kota masih dapat melintas, singgah, atau menghadiri undangan di Kota Solo. Tetapi mereka juga harus menjalani pengecekan kesehatan. Nantinya akan ada petugas yang disiagakan menjaring pendatang di Bandara Adi Soemarmo, Stasiun Solo Balapan, Stasiun Purwosari, Stasiun Jebres, dan Terminal Tirtonadi.
Pemudik atau pendatang akan dijemput dengan bus khusus untuk diantar ke posko Covid-19 24 jam yang didirikan Pemkot Solo. Selanjunya petugas kesehatan akan melakukan screening, cek suhu tubuh, kondisi kesehatan, dan sebagainya. Warga yang memiliki suhu di atas 37,3 derajat Celcius akan menjalani observasi oleh petugas.
Pemkot Akan Tegas Lindungi Warganya
Ahyani, Sekretaris Daerah kota Solo yang juga Ketua Satgas Covid-19 Solo, dalam Dinamika 103 Solopos FM, Senin (14/12/2020), menyatakan pada 16 Desember mendatang, teknis karantina bagi pendatang dan pemudik akan selesai digodog.
“Masih dirumuskan bagaimana pemerintah berupaya melindungi masyarakat. Pertama degan membatasi pergerakan yang memungkinkan terjadinya penularan. Kedua, akan ada peningkatan sanksi bagi pelanggar protocol kesehatan,” papar Ahyani.
Kategori pemudik yang dikarantina, menurutnya hampir sama seperti saat awal KLB Covid-19.
“Tempat karantina disediakan sesuai kategori. Pelanggar prokes diajak pembersihan sarana prasarana fasilitas public di Benteng Vastenburg. Pemudik di karantina di Solo Techno park. Pasien yang baru keluar dari RS dan tidak bisa isolasi mandiri di rumah akan difasilitasi Pemkot. Nakes akan diakomodasi di hotel-hottel yang sudah diajukan kerjasamanya. OTG yang tidak bisa karantina mandiri di rumah, akan dibawa ke asrama haji Donohudan,” jelas Ahyani.
Pilihan Pendengar
Sementara itu, mayoritas pendengar Dinamika 103 Solopos FM, Senins (14/12/2020), menyatakan tidak setuju dengan adanya karantina ini.
Berikut sejumlah komentar mereka:
“Ini merupakan pengulang peristiwa arus mudik lebaran diawal tahun ini.., dan kita harus belajar dari pengalaman itu.. Apapun konsepnya dikarantina dan tidak dikarantina tak akan mempengaruhi, karena penyebaran virus ini sdh terlalu masiv ..hingga skrang blm bisa teratasi ..perlu krjasamanya antara masyarakat dan pemerintah dan jg skaligus percepatannya utk mengatasi wabah ini!,” tulis Ahmad Sanusi.
“Tidak setuju. Soalnya Pas Mudik Pilkada Saja, Gak Ada Karantina,” ungkap Ghangsar di Sragen.
“Tidak setuju. Menghambat ekonomi warga,” kata Sulung di Kebakkramat.
“Info karantina yg telah beredar di masyarakat,sampai saat ini sangat meresahkan warga yg tiap hari kerja di kota solo. Perlu di ketahui, tdk semua masyarakat tahu dr medsos. Jd,brita karantina bikin bingung. Apalagi yg tiap hari nglaju. Pagi ini,saya dpt pertanyaan dr warga luar solo yg menanyakan masalah karantina. Pdhl,mereka tiap hari kerja di kota solo. Bisa2,warga solo yg kerja di luar kota solo jg akan alami kesulitan,” ungkap Sriyatmo di Pajang,
“Sangat tidak setuju, kasihan yang mencari rezeki,” jelas Maria di Fajar Indah.
[Diunggah oleh Avrilia Wahyuana]