Radio Solopos — Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering dijuluki sebagai silent killer, karena ia berkembang secara perlahan tanpa gejala yang jelas.
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi, sampai akhirnya terjadi komplikasi serius yang berbahaya.
Meski tampak sepele, hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan permanen pada berbagai organ vital, seperti jantung, ginjal, pembuluh darah, mata, hingga otak.
Itulah mengapa penting untuk memahami risiko, penyebab, dan penanganannya secara menyeluruh.
Mengapa Hipertensi Bisa Terjadi?
Dikutip Radio Solopos dari Halodoc, Senin (4/8/2025), sebagian besar kasus hipertensi termasuk dalam kategori hipertensi esensial, yaitu jenis hipertensi yang tidak memiliki penyebab pasti.
Meski begitu, para ahli kesehatan meyakini bahwa faktor gaya hidup memainkan peran besar. Konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, kurangnya aktivitas fisik, stres berlebihan, serta kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol menjadi pemicu utama meningkatnya tekanan darah. Selain itu, faktor keturunan dan usia juga turut memengaruhi.
Sayangnya, hingga kini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan hipertensi secara total. Pengobatan yang ada bertujuan untuk menurunkan dan menjaga tekanan darah tetap berada dalam rentang normal.
Dengan begitu, risiko terjadinya komplikasi berat dapat ditekan seminimal mungkin.
Penyakit Jantung Koroner
Salah satu komplikasi serius yang bisa terjadi akibat hipertensi adalah penyakit jantung koroner.
Ketika tekanan darah terus-menerus tinggi dan tidak dikendalikan, beban kerja jantung meningkat drastis. Hal ini membuat pembuluh darah koroner—yang bertugas menyuplai darah dan oksigen ke otot jantung—mengalami kerusakan.
Kerusakan ini sering kali disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu kondisi di mana terjadi penumpukan lemak (plak) di dinding pembuluh darah.
Plak tersebut membuat pembuluh darah menyempit dan kaku, hingga akhirnya terjadi penyumbatan. Akibatnya, aliran darah menuju jantung menjadi terbatas, dan otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen untuk bekerja dengan baik.
Gejala yang bisa muncul akibat penyempitan ini antara lain:
1. Nyeri dada (angina) saat beraktivitas atau stres,
2. Sesak napas, terutama ketika berbaring,
3. Irama jantung tidak teratur (aritmia),
4. Pingsan secara tiba-tiba, hingga
5. Kematian mendadak akibat serangan jantung akut.
Jantung yang Terbebani
Selain merusak pembuluh darah, hipertensi juga memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Akibatnya, otot jantung—khususnya pada ventrikel kiri—mengalami penebalan (hipertrofi). Sayangnya, ini bukan hal yang baik.
Berbeda dengan otot lengan atau perut yang bisa menjadi lebih kuat, otot jantung yang menebal justru membuat jantung kehilangan elastisitasnya.
Dampaknya bisa sangat serius, seperti:
1. Menurunnya kemampuan jantung dalam memompa dan menerima darah,
2. Terjadinya pembengkakan pada tungkai, perut, dan organ hati,
3. Mudah lelah saat beraktivitas ringan sekalipun,
4. Meningkatnya risiko gagal jantung dan kematian mendadak.
Pentingnya Deteksi Dini
Mengingat bahaya yang ditimbulkan, penting untuk rutin memantau tekanan darah, terutama bagi kamu yang memiliki riwayat keluarga hipertensi atau sudah memasuki usia 40 tahun ke atas.
Pemeriksaan tekanan darah tidak memerlukan prosedur rumit dan bisa dilakukan di puskesmas, klinik, atau bahkan di rumah dengan tensimeter digital.
Bila hasil menunjukkan tekanan darah tinggi, segera lakukan konsultasi dengan dokter. Semakin dini hipertensi diketahui, semakin besar peluang untuk mengelolanya dan mencegah komplikasi.
Melalui aplikasi Halodoc, kamu juga bisa berkonsultasi langsung dengan dokter tanpa harus keluar rumah.
Gaya Hidup Sehat Kendalikan Hipertensi
Menangani hipertensi tidak hanya dengan mengonsumsi obat-obatan. Bahkan, pada tahap awal, perubahan gaya hidup sudah bisa memberikan efek besar terhadap tekanan darah. Beberapa langkah yang bisa kamu lakukan antara lain:
1. Rutin Berolahraga
Olahraga seperti jalan kaki, bersepeda, atau berenang minimal 30 menit per hari dapat membantu memperkuat jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Pola Makan Sehat dan Seimbang
Perbanyak konsumsi sayur, buah, biji-bijian, dan makanan rendah garam. Hindari makanan cepat saji, makanan olahan, dan gorengan yang tinggi lemak trans.
3. Berhenti Merokok dan Kurangi Alkohol
Zat kimia dalam rokok dapat merusak pembuluh darah dan mempercepat pembentukan plak. Alkohol dalam jumlah berlebih juga meningkatkan tekanan darah.
4. Menjaga Berat Badan Ideal
Obesitas menjadi faktor risiko utama hipertensi. Menurunkan berat badan meski hanya beberapa kilogram saja dapat memberikan dampak besar.
5. Kelola Stres dengan Baik
Stres kronis dapat memicu lonjakan tekanan darah. Luangkan waktu untuk aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik, membaca, berkebun, atau sekadar berjalan santai di taman.
6. Minum Obat Sesuai Resep Dokter
Jika perubahan gaya hidup belum cukup, dokter akan meresepkan obat antihipertensi. Penting untuk minum obat sesuai jadwal dan tidak menghentikannya tanpa anjuran dokter.
Hipertensi bukanlah penyakit yang bisa dianggap enteng, meski tidak menunjukkan gejala awal. Bahayanya terletak pada komplikasi jangka panjang yang bisa merusak organ vital dan bahkan mengancam nyawa.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola hidup sehat, melakukan pemeriksaan rutin, serta mematuhi saran dokter.