Radio Solopos – Pendidikan merupakan sebuah istilah yang tentunya sudah tidak asing ditelinga kita. Pendidikan adalah sebuah wadah untuk membentuk karakter dalam diri individu agar potensi yang dimiliki semakin berkembang. Hal ini sejalan dengan yang tertera dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah tempat untuk mengembangkan seluruh potensi diri yang ada pada manusia. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak, karena pendidikan tidak memandang usia bahkan status sosial. Tanpa pendidikan karakter manusia bisa menjadi buruk. Manusia tidak bisa berpikir mana yang baik dan mana yang buruk, manusia bisa semena-mena berbuat sesuatu tanpa berpikir dampak yang akan terjadi atas ulah yang ditimbulkannya. Maka lewat pendidikanlah kita diajarkan banyak hal dimana mulai dari proses berpikir hingga mengembangkan bakat dan minat kita sehingga kita tahu arah dan tujuan kita kedepannya.
Jaman semakin berkembang, teknologi semakin maju, manusia dituntut untuk semakin adaptif dengan perubahan yang ada, termasuk pendidikan. Dewasa ini, kita tidak bisa memandang pendidikan hanya sebatas materi pelajaran yang ada disekolah. Namun pendidikan saat ini mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pengembangan skill, baik itu soft skill maupun hard skill. Rasanya sudah sangat jadul jika melihat sebuah institusi pendidikan seperti perguruan tinggi hanya mendidik mahasiswanya duduk dikelas, mendengarkan dosen yang hanya menyampaikan teori, lalu mengumpulkan tugas dan begitu seterusnya secara berulang-ulang.
Berbicara tentang perguruan tinggi tentu tidak akan jauh dari mahasiswa. Mahasiswa merupakan peralihan seorang anak dari usia remaja menuju dewasa. Mahasiswa yang sedang duduk dibangku perkuliahan tentu dibekali dan diproses untuk menimba ilmu dan keahlian demi mempersiapkan diri menuju ke kehidupan sesungguhnya. Mental dan karakter seorang mahasiswa benar-benar dibentuk agar mereka siap menghadapi dunia luar yang tidak bisa diprediksi ini. Maka dari itu universitas berkolaborasi dengan pemerintah menciptakan berbagai program dimana seorang mahasiswa bisa lebih mengeksplore dirinya, mencari jati diri mereka dan mengetahui potensi apa yang dimilikinya untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
Rasanya mahasiswa saat ini patut bersyukur, mengapa? Karena berkat kolaborasi antara universitas dan pemerintah tercipta program-program luar biasa yang dapat membantu mahasiswa sekarang untuk menambah wawasan dan pengetahuan di luar lingkungan tempat belajar atau kampus mereka. Indonesia memiliki Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (kemendikbud Ristek) yang masih muda dan kaya akan pengalaman dan manis pahit dunia pendidikan. Beliau adalah Nadiem Makarim atau yang biasa dikenal dengan mas Menteri. Mas Menteri memiliki terobosan baru di dunia pendidikan khususnya untuk mahasiswa adalah program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau yang disingkat dengan MBKM. MBKM adalah sebuah program yang betujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan untuk bekal memasuki dunia kerja. Terdapat 8 program MBKM yang telah dirancang oleh pemerintah antara lain Pertukaran pelajar, Magang / Praktik kerja, Asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian / riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi / proyek independent, KKN Tematik.
Dari ke-8 program yang disebutkan diatas, salah satu program yang menarik perhatian mahasiswa di seluruh Indonesia adalah pertukaran mahasiswa merdeka (PMM). PMM merupakan program unggulan dari Ditjen Dikristek yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menggunakan hak belajarnya di luar program studi dan perguruan tinggi asal. Mahasiswa yang hendak mengikuti PMM akan melaksanakan proses pembelajaran dalam kebhinekaan di perguruan tinggi yang berada di kluster pulau berbeda dari perguruan tinggi pengirim dan domisili asalnya. Dilansir dari laman resmi kemendikbud.go.id pada PMM Angkatan dua tahun lalu program PMM sendiri diikuti sebanyak 35.107 pendaftar dari 479 perguruan tinggi se-Indonesia. Setelah dilakukan proses seleksi yang cukup panjang maka terpilihlah 12.420 mahasiswa dari seluruh Indonesia dan 138 Perguruan tinggi penerima. Ini artinya mahasiswa di seluruh Indonesia siap untuk naik level ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka harus siap secara fisik dan mental untuk belajar di tempat yang mungkin belum pernah sama sekali mereka datangi.
Program PMM tentu sangat berguna bagi mahasiswa, pasalnya mereka akan bertemu dengan mahasiswa dan dosen dari perguruan tinggi lain melalui kegiatan akademik dan nonakademik dan salah satunya adalah belajar tentang keberagaman budaya di wilayah tersebut. Salah satu kegiatan dimana mahasiswa belajar budaya dan diberikan pengalaman kebhinekaan yang dikemas dalam beberapa kegiatan khusus yaitu Modul Nusantara.
2 alumni mahasiswi PMM Angkatan ke-2 yang berasal dari Universitas Tunas Pembangunan Surakarta (UTP) yaitu Chana dan Enisa mengaku bahwa lewat modul nusantara mereka bisa belajar banyak tentang budaya, latar belakang sebuah kota, dan bahkan mengeksplore kota serta tempat-tempat bersejarah yang belum pernah mereka datangi. Kedua mahasiswi semester 4 ini memilih kota Padang, Sumatera Barat tepatnya di Universitas Negeri Padang untuk menimba ilmu selama mengikuti PMM. Mereka diharuskan tinggal selama 1 semester di Padang. Tak dapat dipungkiri bahwa modul nusantara menjadi kegiatan favorit bagi mereka berdua. Tidak kalah penting adalah selama mereka merantau selama 1 semester di Padang mental mereka benar-benar dibentuk. Mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, bertemu dengan teman-teman dari Sabang sampai Merauke yang memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda, sehingga mereka harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan mereka yang baru. Dari PMM Chana dan Enisa belajar toleransi, belajar menghargai orang lain, belajar menghargai sebuah pendapat, hingga bagaimana hidup untuk mandiri dan memanaje finansial selama mereka tinggal di Padang. Nah, inilah tantangan-tantangan yang harus mereka lalui.
Hal ini tentu sejalan dengan apa yang pernah disampaikan oleh mas Menteri Nadiem Makarim dalam pidatonya bahwa modul nusantara memang memberikan pengalaman kebhinekaan yang di jelaskan dalam 4 point. Point pertama, modul nusantara merupakan aktivasi eksplorasi keanekaragaman budaya, agama dan sejarah di Kawasan perguruan tinggi penerima. Kedua, Inspirasi yang diselenggarakan untuk menggali inspirasi dari figure-figur inspirasi daerah. Ketiga, Refleksi melalui diskusi, talk show, dokumentasi dan tulisan. Keempat, Kontribusi sosial yang dilakukan dengan beragam aktivitas. Empat point itulah yang mendasari modul nusantara sebagai pijakan bahwa mahasiswa yang mengikuti PMM tak serta merta menikmati jalan-jalan gratis saja tapi mereka juga akan belajar eksplorasi keanekaragaman budaya, agama dan sejarah di Kawasan perguruan tinggi penerima, mereka juga belajar toleransi dari kunjungan kebhinekaan dengan mendatangi rumah ibadah. Lebih dari itu, PMM juga membentuk karakter mereka untuk mempersiapkan diri menjadi seorang pemimpin masa depan.
Lewat program PMM juga tentunya bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk membangun jejaring sesama mahasiswa pada prodi yang sama diberbagai daerah lewat PMM. Lewat PMM mahasiswa bisa mendpaatkan suasana dan strategi belajar yang baru dari dosen yang belum pernah mereka temui. Selain mahasiswa yang mendapatkan banyak manfaat positif, kampus penerima tentu juga akan mendapatkan manfaatnya. Kampus secara tidak langsung mendapatkan transfer pengetahuan dari mahasiswa luar. Jadi kampus tentu akan membenahi pembelajaran mereka dengan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar Yang berkualitas.
Pemerintah merancang program ini tentunya memiliki harapan yang terhadap mahasiswa dan mahasiswi yang lolos agar pemuda pemudi Indonesia memiliki karakter yang kuat,tangguh dan tidak mudah menyerah. Mereka dibina untuk memiliki jiwa pemimpin. Mereka akan bertemu dalam sebuah ruang diskusi yang aktif dan dinamis antara mahasiswa, dosen dan perguruan tinggi melalui kegiatan akademik dan nonakademik tentang keberagaman budaya di wilayah tersebut. Mahasiswa PMM dipersiapkan untuk menjadi pemimpin di masa depan. Mereka dibekali dengan pengetahuan yang relevan dan dilatih untuk mandiri dan visioner. Mahasiswa PMM akan bertemu budaya baru, tinggal dengan orang baru, berhadapan dengan tantangan baru dan disinilah ketangguhan mereka akan diuji. Mereka diharapkan bisa menebar toleransi dan kebersamaan yang menguatkan semangat kebhinekaan. Lewat PMM, mahasiswa terpilih dari berbagai penjuru Indonesia akan belajar gotong royong, menghargai perbedaan dan mencintai keragaman yang ada di masyarakat khususnya kebhinekaan di Indonesia. Program PMM ini sudah dirancang dengan sangat apik oleh pemerintah, maka saatnya mahasiswa yang harus memanfaatkan program-program pemerintah sebaik mungkin. Sangat disayangkan jika di jaman sekarang hanya menjadi mahasiswa pasif yang belajar di satu tempat saja. Menggunakan waktunya hanya untuk hal-hal yang kurang berguna. Saatnya jadi mahasiswa yang dapat memanfaatkan segala kesempatan yang ada. Karena belajar sudah tidak lagi menjenuhkan. Mahasiswa sudah diberi hak untuk merdeka belajar dan merdeka berbudaya salah satunya melalui program PMM.