Radio Solopos FM
  • Home
  • News
  • Lifestyle
  • Opini
  • Program
  • Video
  • Event
  • Podcast
  • About Us
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Lifestyle
  • Opini
  • Program
  • Video
  • Event
  • Podcast
  • About Us
No Result
View All Result
Radio Solopos FM
No Result
View All Result
Home Opini

Kenapa Pertamina Terus Merugi?

Avrilia Wahyuana by Avrilia Wahyuana
10 October 2025
in Opini
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Kenapa Pertamina Terus Merugi?

Ferdyaji Kurniawan, S.I.Kom. Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi – STIKOM InterStudi

0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Radio Solopos – Pertamina sebagai BUMN minyak dan gas nasional, termasuk unit-unit hilir, unit LNG, dan unit impor/ekspor. Pertamina mencatat kerugian finansial dalam periode tertentu — baik kerugian operasional, beban keuangan, maupun kerugian negara akibat penyimpangan dan korupsi. Misalnya, pada semester I 2020, Pertamina mencatat kerugian sekitar USD 767,92 juta atau senilai Rp 11,13 triliun. Kasus korupsi & pengadaan: KPK menyebut bahwa kerugian akibat pengadaan LNG senilai USD 124 juta terjadi karena pembelian yang tidak terserap pasar. Juga, BPK menemukan indikasi penyimpangan dalam pengadaan LNG Corpus Christi senilai USD 113,83 juta. Skandal besar baru-baru ini (2025): Terdapat dugaan korupsi impor minyak/bahan bakar selama 2018–2023 yang menyebabkan kerugian negara hingga sekitar Rp 193,7 triliun.

Kerugian tidak hanya bersifat satu kali, melainkan terjadi berulang kali dalam beberapa periode anggaran (semester, tahunan). Kasus impor & penyimpangan bahan bakar antara 2018–2023 menjadi sorotan publik dan penegak hukum pada 2025. Momen krisis: Pandemi COVID-19 (2020–2021) menjadi titik kritis ketika permintaan BBM merosot drastis. Kerugian terjadi di seluruh rantai bisnis Pertamina — dari operasi hulu (eksplorasi & produksi) hingga hilir (pengolahan, distribusi, impor, ekspor). Unit impor dan pengadaan (misalnya LNG), distribusi BBM, serta unit hilir di banyak wilayah Indonesia. Mulai dari kantor pusat di Jakarta hingga unit regional/kilang/terminal di berbagai provinsi.

Berikut analisis faktor-faktor penyebab kerugian:

1. Penurunan permintaan & gejolak pasar

  • Pandemi COVID-19 menurunkan mobilitas, mengurangi konsumsi BBM secara drastis.
  • Tren energi global bergeser, misalnya penggunaan energi terbarukan, efisiensi, serta tekanan untuk menurunkan emisi — mengurangi ruang bagi produk fosil.

2. Fluktuasi nilai tukar & harga minyak dunia

Baca Juga

mudofir palestina israel

Makna Dukungan Negara-Negara Eropa untuk Palestina

25 September 2025
ki narto sabdo wayang kulit

Seabad Ki Narto Sabdo

19 September 2025
Angkutan Umum Mati Suri, Harhubnas Sekadar Seremoni

Angkutan Umum Mati Suri, Harhubnas Sekadar Seremoni

16 September 2025
gen z generasi abai

Anak-anak Era 15 Detik

16 September 2025
  • Karena pembukuan Pertamina berdenominasi dolar, depresiasi rupiah menambah beban keuangan (biaya impor & utang dalam USD).
  • Penurunan harga minyak dunia juga memukul margin usaha hulu, mempersempit keuntungan eksplorasi & produksi.

3. Subsidi, kompensasi, dan utang pemerintah

  • Pertamina menanggung selisih harga BBM apabila harga dunia naik, tetapi pemerintah belum membayar kewajiban kompensasi penuh.
  • Piutang pemerintah kepada Pertamina terkait penyediaan BBM bersubsidi atau Kewajiban Harga Jual Eceran (HJE) belum dibayar secara tuntas, sehingga menambah beban likuiditas.

4. Inefisiensi operasional & biaya tinggi

  • Biaya operasional, distribusi, infrastruktur, pemeliharaan kilang dan perawatan jaringan seringkali tinggi atau tidak efisien.
  • Inventori yang menumpuk (misalnya stok avtur atau solar) saat permintaan rendah memunculkan biaya penyimpanan besar.

5. Masalah tata kelola, pengawasan, dan korupsi

  • Indikasi penyimpangan pengadaan, perekrutan, dan impor bahan bakar sudah lama menjadi sorotan — dan kasus baru 2025 menunjukkan skema kolusi dan distorsi dalam impor & distribusi.
  • Mekanisme audit internal dan pengawasan eksternal (parlemen, BPK, KPK) masih dianggap lemah atau kurang transparan.
  • Ketidakpatuhan terhadap prinsip GCG (Good Corporate Governance) — misalnya keputusan politik yang mengintervensi operasional, konflik kepentingan, dan pengabaian aspek transparansi.

 Gambaran mekanisme Kerugian Terjadi

  • Pertamina membeli minyak impor atau bahan bakar asing dengan harga tinggi (USD) → ketika dijual di pasar domestik, marjin tipis atau bahkan rugi jika pemerintah tidak memberi kompensasi penuh.
  • Permintaan rendah → penjualan drop → pendapatan (revenue) menyusut, sementara beban tetap atau utang tetap berjalan → defisit operasional.
  • Kurs melemah → beban utang & impor meningkat secara rupiah → kerugian translasi (selisih kurs).
  • Pengadaan fiktif atau manipulasi harga → alokasi dana tidak efektif → kerugian negara langsung.
  • Piutang pemerintah yang tak dibayar → mengganggu arus kas Pertamina → memaksa Pertamina menggunakan dana sendiri untuk menutup biaya, sehingga menciptakan tekanan likuiditas.

Jadi, mengapa Pertamina selalu rugi? Jawabannya bukan satu faktor tunggal, melainkan kombinasi tekanan pasar (penurunan permintaan & volatilitas harga), beban eksternal (kurs, subsidi & kompensasi yang belum dibayar oleh pemerintah), serta kelemahan internal (inefisiensi operasional, tata kelola buruk, korupsi). Jika dibiarkan, kerugian berkelanjutan membawa dampak fatal: beban keuangan negara makin besar, kepercayaan publik merosot, dan kemampuan Pertamina untuk menjalankan fungsi strategis energi nasional melemah.

Oleh karena itu, menurut pandangan dari penulis :

  1. Pemerintah harus segera melunasi utang & kompensasi kepada Pertamina agar beban likuiditas bisa dikurangi.
  2. Reformasi struktural dan terobosan tata kelola — memperkuat audit internal, transparansi kontrak, pengawasan independen.
  3. Meninjau skema subsidi dan harga BBM agar lebih adil, berbasis transparansi dan efisiensi, bukan intervensi politik semata.
  4. Diversifikasi bisnis, efisiensi biaya operasional, dan strategi energi terbarukan agar Pertamina tidak bergantung terlalu berat pada komoditas fosil yang fluktuatif.
  5. Media dan opini publik perlu terus menyoroti dan mengawal agar janji reformasi tidak menjadi retorika kosong.

 

Penulis :

Ferdyaji Kurniawan, S.I.Kom.

Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi – STIKOM InterStudi

 

Tags: opiniopini radio solopos
Previous Post

Beternak Ayam Bisnis Masa Depan, Ketua DPRD Jateng Contohkan Bill Gates

Next Post

Newsletter Radio Solopos : Keseruan September Ceria

Related Posts

kontrasepsi dedi mulyadi

Kontrasepsi Bukan Syarat Menyejahterakan Rakyat

by Abu Nadzib
17 June 2025
0

Radio Solopos -- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mewacanakan vasektomi atau kontrasepsi permanen bagi laki-laki menjadi syarat yang...

Muhammad Akbar, Pemerhati Transportasi

Membenahi Angkutan Umum

by Avrilia Wahyuana
17 June 2025
0

Membenahi angkutan umum bukan sekadar proyek teknis. Ini adalah upaya mengembalikan martabat bangsa dalam bergerak.

sepak bola indonesia

Euforia Tim Nasional, Ironi Liga Sepak Bola

by Abu Nadzib
17 June 2025
0

Radio Solopos - Dalam beberapa tahun terakhir euforia sepak bola di Indonesia makin terasa membuncah. Suasana stadion yang...

generasi optimistis gen z indonesia maju

Generasi Optimistis

by Abu Nadzib
29 April 2025
0

Radio Solopos -- Awal masuk sekolah setelah libur panjang Idulfitri 2025, saya memulai pembelajaran di kelas dengan sebuah...

tradisi petasan ramadan

Mencegah Tradisi Ramadan Menjadi Bunga Api

by Abu Nadzib
28 March 2025
0

Radio Solopos -- Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki beragam tradisi unik untuk merayakan...

pertamax oplosan kasus pertamina

Ironi Negeri Oplosan

by Abu Nadzib
19 March 2025
0

Radio Solopos -- Kata oplosan menjadi trending topic pada hari-hari ini. Ada megaskandal Pertamax yang diduga oplosan. Masyarakat...

bbm oplosan pertamina

Konsumen Layak Meradang Isu BBM Oplosan

by Abu Nadzib
14 March 2025
0

Radio Solopos -- Belakangan ini kita dihebohkan dengan sejumlah kasus korupsi yang melibatkan para pejabat badan usaha milik...

opini radio solopos fb pro

Berekspresi di Facebook Pro

by Abu Nadzib
6 March 2025
0

Radio Solopos -- ”Kamu masih main Facebook? Ngapain? Mau cari dagangan?” Begitu kelakar teman saya setengah mengejek saat...

gen z generasi abai

Harga Sila Kelima

by Abu Nadzib
6 March 2025
0

Radio Solopos -- Berapa harga sila kelima apabila bantuan sosial terus-menerus menjadi komoditas politik sementara kegagalan pemerataan kesejahteraan...

tesis orang baik

Tesis Orang Baik

by Abu Nadzib
19 February 2025
0

Radio Solopos -- Beberapa hari yang lalu sepeda motor saya kehabisan bahan bakar minyak (BBM) di Solo. Konyol...

Load More
Next Post
Newsletter Radio Solopos : Keseruan September Ceria

Newsletter Radio Solopos : Keseruan September Ceria

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Studio Streaming

Radio Streaming

Recent Posts

  • Perpustakaan UIN Raden Mas Said Surakarta Juara Inovasi Perpustakaan Nasional
  • Jalankan Pemeliharaan Rutin, PT JSN Lakukan Perkerasan Jalan Ruas Tol Solo-Ngawi
  • Newsletter Radio Solopos : Keseruan September Ceria
  • Kenapa Pertamina Terus Merugi?
  • Beternak Ayam Bisnis Masa Depan, Ketua DPRD Jateng Contohkan Bill Gates
Radio Solopos FM

© 2025 Radio Solopos.

Navigate Site

  • Copyright
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • About Us

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Lifestyle
  • Opini
  • Program
  • Video
  • Event
  • Podcast
  • About Us

© 2025 Radio Solopos.